Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Japan Economic Research Center (JERC) memperkirakan perusahaan swasta Jepang akan menawarkan kenaikan gaji jumbo pada tahun anggara 2023 yang akan dimulai April 2023 mendatang.
Bahkan Kantor Berita Reuters menyebutkan perusahaan-perusahaan besar Jepang kemungkinan akan menawarkan kenaikan gaji terbesar dalam 26 tahun terakhir
Menurut perkiraan Japan Economic Research Center (JERC) perusahaan-perusahaan besar Jepang akan menawarkan kenaikan gaji rata-rata 2,85% untuk tahun keuangan yang dimulai pada bulan April.
Jika kenaikan gaji ini direalisasikan, itu akan menjadi kenaikan gaji terbesar sejak krisis 1997 ketika Jepang memasuki deflasi yang parah dan 'kehilangan dekade' stagnasi.
Menurut perkiraan perusahaan riset yang dirilis Senin (16/1) kebijakan kenaikan upah ini demi mendukung tujuan pembuat kebijakan agar mencapai pertumbuhan upah yang berkelanjutan dan memicu pertumbuhan ekonomi dari sisi sektor swasta atau konsumsi swasta.
Pembuat kebijakan Jepang mendesak bisnis Jepang yang berhati-hati untuk mempercepat pertumbuhan upah pada pembicaraan manajemen tenaga kerja pada musim semi atau 'shunto' yang berakhir sekitar pertengahan Maret.
Perkiraan JERC untuk perusahaan besar akan menawarkan kenaikan gaji sebesar 2,85%, terdiri dari kenaikan gaji pokok sebesar 1,08% dan kenaikan gaji tambahan sebesar 1,78% berdasarkan senioritas.
Pemerintahan Perdana Menteri Fumio Kishida telah meminta perusahaan untuk menawarkan kenaikan upah tahunan sebesar 3%.
Sementara Konfederasi Serikat Pekerja terbesar di Jepang, yang dikenal sebagai Rengo, telah menyerukan kenaikan gaji sebesar 5%.
Sebagai gambaran saat ini tingkat inflasi Jepang sekarang jauh di atas target Bank of Japan sebesar 2%. Tercatat inflasi pada November 2022 sebesar 3,8%.
Pembuat kebijakan mengatakan hal itu sebagian besar didorong oleh biaya komoditas dan energi dan karena itu tidak berkelanjutan tanpa disertai pertumbuhan upah.
Inflasi berkelanjutan yang memerlukan pertumbuhan upah dapat membuka jalan bagi BOJ untuk keluar dari stimulus moneter besar-besaran, meskipun Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda telah berulang kali mengatakan bahwa masih terlalu dini bagi bank sentral untuk beralih dari kebijakan stimulusnya hingga inflasi yang baik bersama dengan upah.
Dalam pembicaraan upah tahun lalu, perusahaan besar Jepang menawarkan kenaikan gaji rata-rata 2,2%, kenaikan terbesar dalam empat tahun.