kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perusahaan keuangan global berupaya percepat penutupan pembangkit batubara


Selasa, 03 Agustus 2021 / 21:15 WIB
Perusahaan keuangan global berupaya percepat penutupan pembangkit batubara


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - LONDON. Sejumlah perusahaan keuangan global termasuk di dalamnya Citi Group, HSBC, Prudential, dan BlackRock Real Asset tengah menyusun proposal untuk mempercepat penutupan pembangkit listrik tenaga batubara di Asia. Langkah tersebut ditujukan untuk mengurangi sumber emisi karbon. 

Rencana tersebut didukung oleh Asian Development Bank (ADB). Sumber Reuters mengatakan, kelompok perusahaan finansial itu menawarkan model yang berpotensi bisa diterapkan. Pembicaraan  awal dengan pemerintah di Asia dan bank multilateral terkait rencana itu berkembang dengan baik. 

Kelompok ini berencana membuat kemitraan antara pemerintah dan swasta untuk membeli pembangkit listrik yang berbahan bakar batubara dan selanjutnya menutupnya setelah 15 tahun. Para pekerja akan diberikan waktu untuk pensiun atau mencari pekerjaan baru. Jangka waktu tersebut dinilai akan memungkinkan negara dimana pembangkit listrik batubara itu berdiri bisa beralih ke sumber energi terbarukan. 

Baca Juga: Segera rilis aturan baru, China siap jegal barang dari Amerika Serikat

Rencana itu muncul ketika bank komersial dan pembangunan menarik diri dari pembiayaan pembangkit listrik baru untuk memenuhi target iklim. Inisiatif tersebut bertujuan untuk menyiapkan model untuk konferensi iklim COP26 yang diadakan di Glasgow, Skotlandia pada bulan November. 

"Sektor swasta memiliki ide-ide hebat bagaimana mengatasi perubahan iklim dan kami menjembatani kesenjangan antara mereka dan aktor-aktor sektor resmi," kata Wakil Presiden ADB Ahmed M. Saeed dikutip Reuters, Selasa (3/8).

Pembelian pertama dengan skema yang diusulkan diperkirakan bisa dilakukan pada tahun depan. Skema pembiayaannya tersebut akan terdiri dari kombinasi antara ekuitas, pinjaman dan keuangan lunak.

"Jika Anda dapat menemukan cara yang teratur untuk mengganti pabrik tersebut lebih cepat dan menghentikannya lebih cepat, tetapi tidak dalam semalam, itu akan membuka ruang yang lebih besar dan dapat diprediksi untuk energi terbarukan," 

Donald Kanak, Ketua Pasar Pertumbuhan Asuransi Prudential, mengatakan jika ada cara yang teratur untuk mengganti pembangkit listrik lebih cepat dan menghentikannya lebih cepat maka akan akan membuka ruang yang lebih besar dan dapat diprediksi untuk energi terbarukan.

Baca Juga: Jerman menawarkan suntikan COVID-19 untuk semua anak di atas 12 tahun

Pembangkit listrik tenaga batu bara menyumbang sekitar seperlima dari emisi gas rumah kaca dunia dan menjadikannya pencemar terbesar.

Negara-negara berkembang di Asia menghadapi tantangan besar untuk beralih ke energi terbarukan. Pasalnya, negara-negara itu memiliki banyak pembangkit batubara baru dan juga sedang mempersiapkan lagi pembangunan baru yang tentu telah menghabiskan modal besar.

Badan Energi Internasional memperkirakan permintaan batubara global akan naik 4,5% pada tahun 2021, dimana  Asia menyumbang 80% dari pertumbuhan itu. Sementara itu, Panel Internasional tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyerukan penurunan listrik berbahan bakar batu bara dari 38% menjadi 9% dari pembangkit global pada tahun 2030 dan menjadi 0,6% pada tahun 2050.

Selanjutnya: Wuhan lakukan tes COVID-19 terhadap seluruh penduduk, ada apa?




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×