kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Prancis: Jadi Serangan Tanpa Senjata jika Rusia Akui 2 Wilayah di Ukraina Timur


Rabu, 16 Februari 2022 / 13:01 WIB
Prancis: Jadi Serangan Tanpa Senjata jika Rusia Akui 2 Wilayah di Ukraina Timur
ILUSTRASI. Seorang militan Republik Rakyat Luhansk (LNR) yang memproklamirkan diri mengarahkan senjata ke posisi pertempuran di garis pemisahan dari Angkatan Bersenjata Ukraina di Wilayah Luhansk, Ukraina, 21 April 2021. REUTERS/Alexander Ermochenko.


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - PARIS. Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan pada Selasa (15/2), jika Moskow mengakui dua wilayah memisahkan diri yang didukung Rusia di Ukraina Timur sebagai wilayah merdeka, itu akan menjadi serangan tanpa senjata.

Majelis Rendah Parlemen Rusia sebelumnya memberikan suara pada Selasa (15/2) untuk meminta Presiden Vladimir Putin mengakui Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk yang mendeklarasikan sendiri, di daerah yang dikenal sebagai Donbass, tempat pasukan separatis memerangi tentara Ukraina sejak 2014.

"Jika ini diterapkan, maka itu akan menjadi situasi yang mustahil dan bakal menjadi semacam serangan tanpa senjata. Itu akan melanggar kedaulatan Ukraina," kata Le Drian dalam sidang Parlemen Prancis, seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Sebabkan Kematian & Kehancuran, Biden Minta Putin Mundur dari Rencana Serang Ukraina

Prancis, bersama Jerman, Rusia, dan Ukraina, membentuk apa yang disebut kelompok Normandia, untuk mengakhiri konflik di Ukraina Timur.

Konflik tersebut merupakan bagian dari krisis yang lebih luas, dengan Amerika Serikat memperingatkan, Rusia bisa menyerang Ukraina kapan saja dengan kekuatan lebih dari 100.000 tentara yang berkumpul di dekat perbatasannya. Rusia menyangkal rencana semacam itu dan menuduh Barat histeria.

Kremlin mengungkapkan pada Selasa (15/2), beberapa unit militernya kembali ke pangkalan setelah latihan di dekat Ukraina dan mengejek peringatan Barat tentang invasi. Tetapi, NATO dan AS menyatakan, mereka belum melihat bukti de-eskalasi yang dapat mencegah perang.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×