Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
LONDON. Adu urat saraf antar pendukung Inggris keluar dari Uni Eropa atau tenar dengan sebutan british exit (Brexit) dengan para pendukung Inggris tetap di Uni Eropa kian sengit.
Para pendukung pro dan kontra Brexit saat ini semakin menunjukkan kekuatannya meski pelaksanaan pemungutan suara (referendum) nasib Inggris baru akan digelar pada 23 Juni mendatang .
Yang terbaru, dukungan Inggris keluar dari Uni Eropa berasal dari 250 pemimpin bisnis global di Inggris. Seperti diberitakan Reuters, Sabtu (26/3), salah satu pendukung Brexit adalah mantan Kepala Eksekutif The Hong Kong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC).
Salah satu organisasi pendukung Brexit yang menamakan dirinya Vote Leave merilis daftar para pendukungnya. Beberapa di antaranya para eksekutif yang cukup punya pengaruh. Mereka adalah Michael Geoghegan mantan Chief Executive HSBC Group dan Tim Martin, pemimpin JD Wetherspoon.
Dengan peta dukungan yang masuk, Vote Leave ingin menunjukkan betapa merugikannya kesepakatan Uni Eropa bagi Inggris. "Uni Eropa mungkin bermakna penting bagi perusahaan multinasional. Namun bagi perusahaan skala kecil, kesepakatan Uni Eropa ibarat mesin penghancur," tutur Matthew Elliott, Chief Executive Vote Leave seperti dikutip Reuters.
Namun, peta dukungan dalam daftar yang telah dikumpulkan Elliott bersama timnya bukannya tanpa persoalan. Harian Sunday Times sempat menurunkan berita terkait pencatutan nama John Caudwell, pendiri Phones4U dan David Ross, co-funder Carphone Warehouese sebagai pendukung Vote Leave.
Kedua eksekutif ini merasa tidak pernah memberikan suaranya bagi Vote Leave. "Anda harus mempertanyakan bagaimana daftar dukungan tersebut mereka susun," tutur Jurubicara Caudwell.
Asal tahu saja, bulan lalu, kelompok pendukung Inggris tetap berada di Uni Eropa mengumumkan dukungan dari perusahaan minyak multinasional, Shell dan BP. Tak hanya itu, dukungan juga datang dari perusahaan telekomunikasi, BT.
Perusahaan besar ini menilai keputusan meninggalkan Uni Eropa bisa memunculkan risiko tinggi pada lapangan pekerjaan dan aliran dana investasi. Hal ini harus diperhitungkan dalam Brexit.