Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Regulator obat Eropa pada Kamis (11/11) merekomendasikan peradangan saraf tulang belakang, yang disebut transverse myelitis, sebagai efek samping dari vaksin COVID-19 buatan Johnson & Johnson atau J&J.
Laporan tentang penyakit saraf yang serius ini juga merupakan inti dari penghentian uji coba pada tahap awal pengembangan untuk vaksin COVID-19 produksi AstraZeneca dan J&J, yang menggunakan teknologi yang sama.
Melansir Reuters, memberikan pembaruan tentang keamanan semua vaksin COVID-19, Badan Obat Eropa (EMA) mengatakan, sedang menilai laporan kondisi darah yang dikenal sebagai capillary leak syndrome (CLS) setelah inokulasi dengan vaksin Moderna.
EMA menyebutkan, telah mencatat enam kasus CLS dan menilai semua data. Tetapi, belum jelas, apakah ada hubungan sebab akibat antara laporan dan vaksin COVID-19.
Baca Juga: 5 Efek samping parah vaksin COVID-19, mengacu pembaruan CDC
Pada CLS, cairan bocor dari pembuluh darah terkecil yang menyebabkan pembengkakan dan penurunan tekanan darah. Kondisi ini juga telah dipelajari dengan vaksin dari AstraZeneca dan J&J.
EMA menyatakan, saat ini tidak ada cukup bukti tentang kemungkinan hubungan antara kasus langka multisystem inflammatory syndrome (MIS) dan vaksin berbasis mRNA buatan Moderna dan Pfizer-BioNTech.
Regulator obat Eropa sedang meninjau, apakah vaksin virus corona yang disetujui bisa menyebabkan MIS.
Sindrom ini adalah kondisi serius tetapi jarang terjadi, di mana bagian tubuh yang berbeda menjadi meradang, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau organ pencernaan.
J&J dan Moderna tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.