kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rekomendasi terbaru WHO hadapi puasa: Jangan menggelar ibadah dan pertemuan massal


Senin, 20 April 2020 / 05:22 WIB
Rekomendasi terbaru WHO hadapi puasa: Jangan menggelar ibadah dan pertemuan massal


Reporter: Barly Haliem, Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada pekan ini, umat Islam sedunia, termasuk di Indonesia akan menjalani ibadah puasa di tengah ancaman wabah corona (Covid-19). Untuk menghindari penyebaran wabah Covid-19, Badan Kesehatan Dunia (WHO) merilis panduan melaksanakan kegiatan yang aman selama Ramadan.

WHO perlu menerbitkan panduan lantaran interaksi antar sesama manusia selama menjalani ibadah di bulan puasa tak terhindarkan. Selama sebulan penuh, umat Islam akan khusyuk menjalani ibadah puasa. Selain saum, praktik ibadah lainnya adalah salat tarawih berjamaah, juga iktikaf 10 hari terakhir di bulan Ramadan. Nah, dua ibadah terakhir ini biasanya dilakukan secara berkelompok dan dalam jumlah yang besar sehingga rentan terjadi penyebaran Covid-19. Belum lagi ada kegiatan buka puasa bersama yang berpotensi mengumpulkan banyak orang.

WHO meminta otoritas di setiap negara mempertimbangkan secara serius upaya membatasi, bahkan membatalkan pertemuan sosial dan keagamaan di tengah wabah Covid-19. Oleh karena itu, WHO merekomendasikan keputusan apa pun untuk membatasi, memodifikasi, menunda, serta membatalkan pertemuan massal. Jika pun tetap melanjutkan pertemuan, WHO mengingatkan agar otoritas negara setempat menerapkan prosedur yang ketat dengan mengacu pada standar penilaian risiko Covid-19.

Baca Juga: Mufti Besar Saudi: Salat tarawih dan Idul Fitri di rumah demi cegah penyebaran corona

Otoritas kesehatan nasional harus menjadi sumber utama informasi terkait Covid-19 dalam konteks Ramadan. Pemerintah harus memastikan kepatuhan masyarakat terhadap langkah-langkah yang ditetapkan.

Tak lupa, WHO meminta pemerintah melibatkan para pemuka agama sejak awal dalam pengambilan keputusan, sehingga mereka dapat secara aktif terlibat mengomunikasikan keputusan apa pun yang mempengaruhi peristiwa yang berhubungan dengan Ramadan.

Strategi komunikasi yang kuat sangat penting untuk menjelaskan kepada publik alasan pengambilan keputusan. Instruksi yang jelas harus diberikan dan penting bagi masyarakat untuk mengikuti kebijakan nasional. Strategi komunikasi juga harus mencakup pesan proaktif tentang perilaku hidup sehat selama pandemi. Agar efektif, penyebaran informasi itu menggunakan berbagai platform media yang berbeda.

Berikut ini pertimbangan WHO secara menyeluruh terkait Covid-19 dalam konteks pelaksanaan ibadah Ramadan.

PERTIMBANGAN JAGA JARAK
-Selalu menjaga jarak fisik (physical distancing) dan mempertahankan secara ketat jarak setidaknya 1 meter dengan orang terdekat.
-Menggunakan salam untuk menghindari kontak fisik. Salam yang dipakai setidaknya disetujui dari sisi budaya dan agama, seperti melambaikan tangan, mengangguk, atau menempatkan tangan di atas dada.
-Menghentikan kegiatan berkumpul terkait aktivitas Ramadan, termasuk di pasar dan toko.

PERTIMBANGAN UNTUK KELOMPOK BERISIKO TINGGI
-Mendorong orang yang merasa tidak enak badan atau memiliki gejala Covid-19 untuk menghindari acara pertemuan dan mengikuti pedoman nasional tentang tindak lanjut dan manajemen gejala Covid-19.
-Mendesak orang tua dan siapa saja yang memiliki riwayat kondisi medis (seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker) agar tidak menghadiri pertemuan, karena mereka dianggap rentan terhadap penyakit parah dan kematian akibat Covid-19.

Baca Juga: Masjid Al-Aqsa di Yerusalem akan ditutup selama ramadan akibat wabah virus corona

TINDAKAN MITIGASI UNTUK PERTEMUAN FISIK
Langkah-langkah berikut harus diterapkan pada pertemuan apa pun selama Ramadan, seperti salat, ziarah dan jamuan makan atau jamuan buka bersama.

*Lokasi pertemuan

-Pertimbangkan untuk mengadakan acara di luar ruangan apabila memungkinkan. Jika tidak, pastikan venue dalam ruangan sudah memadai dari sisi ventilasi dan aliran udara.
-Persingkat durasi acara untuk membatasi potensi penyebaran Covid-19.
-Berikan pilihan untuk menggelar acara yang lebih kecil dengan lebih sedikit peserta dibandingkan menggelar pertemuan besar.
-Mematuhi jaga jarak di antara peserta, ketika duduk dan berdiri, termasuk ketika berdoa, salat, melakukan wudhu.
-Mengatur jumlah dan aliran orang yang keluar-masuk ruang ibadah, situs ziarah, atau tempat lain untuk memastikan keamanan dan jaga jarak.
-Mempertimbangkan langkah-langkah untuk memfasilitasi pelacakan kontak jika seseorang yang sakit diidentifikasi di antara peserta acara.

*Mendorong kebersihan dan kesehatan

Umat Muslim melakukan wudu sebelum salat, yang membantu mempertahankan kebersihan dan kesehatan. Langkah-langkah tambahan berikut ini harus dipertimbangkan:
-Memastikan fasilitas cuci tangan memadai dilengkapi dengan sabun dan air serta menyediakan hand sanitizer di pintu masuk dan di dalam masjid.
-Memastikan ketersediaan jaringan dan tempat sampah sekali pakai dan menjamin pembuangan limbah yang aman.
-Mendorong penggunaan sajadah pribadi.
-Menyediakan tampilan visual/papan pengumuman berupa anjuran untuk jaga jarak, kebersihan tangan, etika pernapasan, dan pesan umum tentang pencegahan Covid-19.

*Ruang ibadah, situs dan bangunan yang sering dibersihkan

-Membersihkan secara rutin tempat di mana orang-orang berkumpul sebelum dan sesudah di setiap acara, menggunakan deterjen dan disinfektan.
-Di masjid, pertahankan tingkat kebersihan tempat dan fasilitas wudhu, serta menjaga kebersihan umum dan sanitasi.
-Selalu membersihkan benda yang sering disentuh dengan deterjen dan disinfektan, seperti gagang pintu, sakelar lampu, dan pegangan tangga.

Baca Juga: Tak hanya RI, Yordania juga larang salat di masjid selama Ramadan

*Amaliah sosial

-Pada momentum bulan puasa, umat Islam biasanya memberikan perhatian khusus kepada mereka yang lemah, termasuk yang terkena dampak buruk Covid-19. Oleh karena itu, saat mendistribusikan sedekah maupun zakat selama Ramadan ini, harus mempertimbangkan jaga jarak. Untuk menghindari pertemuan yang ramai terkait jamuan buka puasa, maka pertimbangkan untuk menggunakan paket kotak makanan. Hal ini dapat diatur oleh entitas dan institusi terpusat, yang harus dipatuhi jaga jarak sepanjang proses (mengumpulkan, pengemasan, penyimpanan dan distribusi).

KESEJAHTERAAN HIDUP

-Puasa
Tidak ada penelitian tentang puasa dan risiko infeksi Covid-19. Orang sehat harus bisa berpuasa selama Ramadan seperti tahun-tahun sebelumnya, sedangkan pasien Covid-19 dapat mempertimbangkan kemudahan untuk berbuka puasa, yang tentunya terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter dan pemuka agama.

-Aktivitas fisik
Selama pandemi Covid-19, banyak orang dibatasi dalam bergerak. Jika ada peluang dan dibolehkan untuk beroleh raga, maka selalu menjaga jarak dan kebersihan tangan yang tepat bahkan selama beraktivitas. Sebagai pengganti kegiatan di luar ruangan, WHO mendorong aktivitas fisik dalam ruangan dan kelas online.

Baca Juga: Simak 4 arahan MUI terkait ibadah Ramadan di tengah pandemi virus corona

-Diet sehat dan nutrisi
Nutrisi dan hidrasi yang tepat sangat penting selama bulan Ramadan. Orang harus makan berbagai jenis makanan bergizi dan segar yang tidak diolah setiap hari dan banyak minum air putih.

-Penggunaan tembakau
Penggunaan tembakau tidak disarankan dalam situasi apa pun, terutama selama Ramadan dan pandemi Covid-19. Perokok yang sudah mengidap penyakit paru-paru, atau berkurang kapasitas paru-parunya, sangat rentan terhadap risiko serius Covid-19. Saat merokok, jari-jari (dan mungkin rokok yang terkontaminasi) menyentuh bibir, yang meningkatkan kemungkinan virus memasuki sistem saluran pernapasan.




TERBARU

[X]
×