kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Resesi akut, ekonomi Afrika Selatan minus 51%


Rabu, 09 September 2020 / 09:35 WIB
Resesi akut, ekonomi Afrika Selatan minus 51%
ILUSTRASI. Pedagang informal mengantre untuk mendapatkan izin saat penerapan karantina nasional sebagai upaya menekan penyebaran virus corona (COVID-19), di Soweto, Afrika Selatan, Kamis (23/4/2020). REUTERS/Siphiwe Sibeko


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - CAPE TOWN. Resesi akut melanda ekonomi Afrika Selatan. Sebagai bukti, pertumbuhan ekonomi negara tersebut anjlok. Produk Domestik Bruto (PDB) Afrika Selatan telah minus selama 4 kuartal berturut-turut, menempatkan negara itu berada dalam resesi yang panjang. 

Penurunan pertumbuhan ekonomi tak lain disebabkan oleh karantina wilayah untuk menghindari penyebaran Covid-19 sehingga menghantam ekonomi pada April, Mei, dan Juni.

Mengutip Bloomberg, Jakarta, Rabu (9/8/2020), terbatasnya mobilisasi warga Afrika Selatan telah menempatkan ekonominya ke dalam resesi terpanjang dalam 28 tahun, dengan kontraksi PDB di kuartal II 2020 lebih tajam dari perkiraan. 

Badan Statistik Afrika Selatan mengumumkan, PDB telah menyusut -51% secara tahunan (year on year/yoy) di kuartal II 2020, menyusul kontraksi -1,8% dalam 3 bulan pertama (kuartal I 2020). Angka itu merupakan penurunan PDB paling tajam, setidaknya sejak tahun 1990 dan memperpanjang resesi hingga kuartal IV 2020. Bahkan ini merupakan periode kontraksi kuartalan terpanjang berturut-turut sejak 1992. 

Lockdown secara nasional yang dimulai pada 27 Maret 2020 memperdalam kemerosotan ekonomi, yang terjebak dalam siklus penurunan terpanjang setidaknya sejak Perang Dunia II. Saat lockdown, masyarakat diizinkan meninggalkan rumah hanya untuk membeli makanan dan mencari perawatan medis. 

Baca Juga: Singapura masuk 10 besar negara paling aman dari pandemi Covid-19, Indonesia berapa?

Lockdown kemudian dibuka secara bertahap pada 1 Mei 2020. Sayangnya, banyak perusahaan tutup permanen dan memecat pekerjanya selama lockdown terjadi.

Kebijakan bank sentral Susutnya pertumbuhan ekonomi lebih dalam dari perkiraan bank sentral yang sebesar 40,1%. Hal ini meningkatkan kemungkinan bank sentral bakal menurunkan suku bunga acuan keenam kalinya tahun ini. 

Baca Juga: Jerman peringkat 1 negara paling aman dari pandemi Covid-19, Indonesia ke berapa?

Gubernur Bank sentral Afrika, Lesetja Kganyago pada bulan lalu mengatakan, rendahnya inflasi yang menuju pada deflasi memberi ruang pada komite kebijakan moneter untuk merespons, jika guncangan ekonomi akibat pandemi ternyata lebih buruk dari perkiraan. Di lain hal, kontraksi yang berlanjut akan membebani penyerapan pendapatan negara. 

Kontraksi pun akan membuat pemerintah semakin sulit untuk menstabilkan utang dan mempersempit defisit anggaran. Kontraksi juga akan mempersulit menurunkan tingkat pengangguran sebesar 30,1%, yang dipandang sebagai rintangan utama untuk mengurangi kemiskinan di salah satu negara paling timpang di dunia ini.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ambyar, Ekonomi Afrika Selatan Minus 51 Persen"
Penulis : Fika Nurul Ulya
Editor : Yoga Sukmana

Selanjutnya: Mengenal Sudah Selatan, negara termiskin di dunia yang baru berusia 9 tahun




TERBARU

[X]
×