Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
LONDON. Akhirnya, resmi sudah Theresa May menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris. Pelantikan May disaksikan langsung oleh Ratu Elizabeth di Buckingham Palace pada Rabu (13/7) kemarin. Dengan demikian, May menjadi perdana menteri wanita kedua di Inggris.
Market bereaksi positif atas penunjukkan May. Poundsterling, misalnya, ditransaksikan di atas level US$ 1,30. Meski demikian, sejumlah analis menilai, implikasi atas penunjukkan May sebagai PM bisa lebih besar terhadap ekonomi AS seiring ketidakpastian atas kebijakannya pada tahapan ini.
Berikut sekilas informasi mengenai Theresa May.
Wanita berusia 59 tahun ini lahir di Essex dan merupakan lulusan Universitas Oxford jurusan geografi. Sebelum menjadi anggota parlemen, May bekerja di Bank of England dan memegang divisi Associaton for Payment Clearing Services (APACS) sebagai Head of European Affairs Unit and Senior Adviser on International Affairs.
May menikah dengan seorang bankir Philip May pada 1980 setelah keduanya bertemu di pesta dansa Conservative Association saat May belajar di Universitas Oxford.
Sejak 1988-1990, dia menjabat sebagai Chairman of Education; selanjutnya dia menjadi Deputy Group Leader dan Housing Speaker antara tahun 1992-1994.
Pandangannya terhadap Brexit
May merupakan pendukung kubu Bremain. Meski demikian, dia berjanji akan menyatukan kembali warga Inggris yang sempat bersitegang saat pelaksanaan referendum Inggris beberapa waktu lalu.
Dalam pernyataannya setelah memenangkan kontes kepemimpinan Partai Konservatif, May menegaskan lagi bahwa tidak akan ada pelaksanaan referendum kedua atau upaya jalur belakang untuk kembali bergabung dengan Uni Eropa. Dia juga berjanji akan segera menyusun program ekonomi untuk mengatasi ketidakstabilan saat ini.
"Brexit artinya Brexit. Kita akan menyukseskannya," tegas May.