kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Reuters: Jakarta kota berbahaya no. 9 bagi wanita


Rabu, 18 Oktober 2017 / 08:10 WIB
Reuters: Jakarta kota berbahaya no. 9 bagi wanita


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - LONDON. Sebuah hasil survei Yayasan Thomson Reuters, yang diumumkan Selasa (17/10) mengungkap daftar 10 kota besar atau megacity di dunia, yang paling berbahaya untuk perempuan.

Dalam daftar tersebut, Jakarta berada di peringkat sembilan.

Di urutan teratas kota yang paling berbahaya adalah Ibu Kota Kairo, Mesir, disusul Karachi di Pakistan.

Sementara Kinshasa, Ibu Kota Republik Demokratik Kongo, berada di peringkat ketiga.

Disebutkan, penyusunan peringkat ini didasarkan pada kasus kekerasan seksual, akses atas layanan kesehatan, praktik budaya, dan peluang ekonomi untuk kaum perempuan.

Untuk tiap kategori, survei menetapkan poin terbaik adalah 19.

Jakarta hanya mendapat tujuh poin dalam kekerasan seksual. Kondisi terbaiknya didefinisikan sebagai "perempuan bisa hidup di kota itu tanpa menghadapi risiko kekerasan seksual, termasuk pemerkosaan, serangan seksual, atau pelecehan."

Dalam layanan kesehatan untuk perempuan, Jakarta mendapat nilai yang lumayan baik, yaitu 11, dan lebih baik lagi untuk peluang ekonomi dengan 13 poin.

Penilaian terburuk, yaitu hanya empat poin, diperoleh Jakarta untuk praktik budaya.

Kondisi terbaik dalam kategori itu adalah "perempuan mendapat perlindungan yang baik dari praktik-praktik budaya yang berbahaya termasuk mutilasi alat kelamin perempuan, pernikahan dini."

Sementara Kinshasa, Ibu Kota Republik Demokratik Kongo, berada di peringkat ketiga.

Disebutkan, penyusunan peringkat ini didasarkan pada kasus kekerasan seksual, akses atas layanan kesehatan, praktik budaya, dan peluang ekonomi untuk kaum perempuan.

Untuk tiap kategori, survei menetapkan poin terbaik adalah 19.

Jakarta hanya mendapat tujuh poin dalam kekerasan seksual. Kondisi terbaiknya didefinisikan sebagai "perempuan bisa hidup di kota itu tanpa menghadapi risiko kekerasan seksual, termasuk pemerkosaan, serangan seksual, atau pelecehan."

Dalam layanan kesehatan untuk perempuan, Jakarta mendapat nilai yang lumayan baik, yaitu 11, dan lebih baik lagi untuk peluang ekonomi dengan 13 poin.

Penilaian terburuk, yaitu hanya empat poin, diperoleh Jakarta untuk praktik budaya.

Kondisi terbaik dalam kategori itu adalah "perempuan mendapat perlindungan yang baik dari praktik-praktik budaya yang berbahaya termasuk mutilasi alat kelamin perempuan, pernikahan dini."

1. Kairo, Mesir
2. Karachi, Pakistan
3. Kinshasa, Republik Demokratik Kongo
4. Delhi, India
5. Lima, Peru
6. Mexico City, Meksiko
7. Dhaka, Bangladesh
8. Lagos, Nigeria
9. Jakarta, Indonesia
10. Istanbul, Turki

Megacity merupakan kota-kota besar yang berpenduduk lebih dari 10 juta jiwa.

Dari 19 kota yang disurvei, London -yang juga merupakan lokasi kantor pusat Yayasan Thomson Reuters- menjadi kota yang paling bersahabat bagi perempuan.

Adapun peringkat kedua adalah Tokyo, Jepang dan disusul Paris, Perancis.

Wali kota London, Sadiq Khan, mengatakan para perempuan kini memimpin di setiap tingkatan masyarakat di London, baik dalam bidang layanan umum, kesenian, politik, sains, maupun bisnis.

"Namun hal tersebut belum cukup," tambahnya.

"Kemajuan yang kami capai sebagai sebuah kota belum berlangsung cukup cepat," kata dia.

"Kami harus melipatgandakan upaya kami dalam menghapus semua halangan bagi keberhasilan perempuan dan memanfaatkan potensi sepenuhnya."

Di Kairo -yang paling berbahaya bagi perempuan- para pegiat perempuan mengatakan diskriminasi atas perempuan merupakan tradisi yang sudah berlangsung selama berabad-abad.

"Kami masih beroperasi di bawah sebuah negara yang konservatif dan sulit untuk mengambil langkah yang progresif-radikal tentang perempuan dan hukum perempuan."

Hal itu diungkapkan Omaima Abou-Bakr -salah seorang pendiri lembaga pegiat perempuan di Kairo, Forum Perempuan dan Kesadaran.

Sementara, seorang wartawan yang juga pegiat perempuan, Shahira Amon, mengatakan, perempuan di Kairo pun sering menjadi sasaran pelecehan.

"Semua hal terkait kota ini sulit buat perempuan. Kami melihat perempuan berjuang di semua aspek."

"Bahkan berjalan kaki yang sederhana saja, mereka menjadi sasaran pelecehan, baik lisan maupun fisik."

Artikel ini sudah tayang di Kompas.com, berjudul: Ini 10 Kota di Dunia Paling Berbahaya bagi Perempuan, Adakah Jakarta?



TERBARU

[X]
×