Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MINDAT. MIliter mulai menguasai kota perbukitan di barat laut Myanmar, memaksa ribuan warga melarikan diri ke hutan, lembah, dan desa pinggiran pada hari Senin (17/5).
Salah satu bentrokan paling parah sejak kudeta terjadi di Mindat, sekitar 100 km dari perbatasan India di negara bagian Chin. Dilansir dari Reuters, darurat militer dideklarasikan di Mindat pada hari Kamis (13/5) sebelum tentara melancarkan serangan menggunakan artileri dan helikopter melawan Pasukan Pertahanan Chinland yang baru dibentuk.
Pasukan Pertahanan Chinland merupakan kelompok milisi yang sebagian besar dipersenjatai dengan senapan berburu. Saat ini mereka telah mundur untuk menyelamatkan warga sipil agar tidak terjebak dalam baku tembak.
Berdasarkan laporan Reuters, banyak warga kini kesulitan mendapatkan makanan. Setidaknya 5.000 hingga 8.000 orang telah meninggalkan kota, jalan-jalan diblokir, hingga tentara mulai berjaga menunggu ribuan warga tersebut kembali.
Seorang perwakilan dari kelompok administratif masyarakat setempat di Mindat mengatakan dia bergabung dalam kelompok berisi 200 orang, termasuk perempuan dan anak-anak.
Baca Juga: PBB mulai pertimbangkan embargo senjata kepada Myanmar
Ia menggambarkan, para pengungsi yang kabur ke hutan berjalan melintasi jalan berbatu dan perbukitan dengan membawa selimut, nasi, dan peralatan masak seadanya.
Serangan dari senjata berat bahkan sempat dilepaskan pihak militer ketika asap dari api perkemahan terlihat mengepul di tengah hutan.
"Kami harus pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kita tidak bisa menetap di suatu tempat di hutan. Beberapa pria ditangkap saat mereka pergi ke kota untuk mendapatkan lebih banyak makanan untuk kami," ungkap salah satu pengungsi yang dihubungi Reuters.
Pasukan Pertahanan Chinland dalam sebuah pernyataan pada hari Senin mengatakan telah membunuh lima tentara pemerintah di Hakha, kota lain di Negara Bagian Chin.
Kondisi parah di Mindat juga telah menjadi perhatian khusus UNICEF. Melalui pernyataan resminya, UNICEF mendesak pasukan keamanan untuk memastikan keselamatan anak-anak di Mindat.
Pasukan Pertahanan Chinland, yang merupakan bagian dari Pasukan Pertahanan Rakyat dari pemerintahan bayangan, juga telah meminta bantuan komunitas internasional terkait kekerasan yang mereka terima sejak kudet Februari lalu.