Reporter: Handoyo | Editor: Catur Ari
Keberuntungan tidak lepas dari kehidupan Robert "Bob" Kraft. Perjuangannya untuk mendapatkan The Patriot terbalas dengan larisnya tiket pertandingan saat tim kesayangan warga Massacusset ini bertanding. Bahkan mencapai rekor dengan penjualan tiket sebanyak 979 lembar tiket pada hari pertama. Tapi, batu sandungan mulai muncul saat Kraft berencana membangun stadion Foxboro di Boston. Parlemen menolaknya. Namun di menit terakhir, parlemen melunak.
Mimpi itu pun terwujud. Begitulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan perjuangan Robert "Bob" Kraft untuk mendapatkan tim idolanya, The Patriot. Mengalahkan tawaran dari banyak pesaing yang ingin mendapatkan tim football Amerika itu, Robert K. Kraft berhasil mendapatkan tim kesayangan warga Massacussett itu.
Jerih payah Kraft mendapatkan tim football Amerika ini terbayar lantaran hanya berselang sehari setelah federasi football Amerika atau NFL menyetujui pembelian tim ini oleh Kraft, tiket pertandingan The Patriots terjual lebih dari 6.000 tiket. Penjualan tiket ini bahkan juga menjadi rekor penjualan tiket pertandingan football di sana.
Bayangkan saja, pada hari pertama tim ini bertanding, tiket sudah terjual sebanyak 979 lembar. Ini juga kali pertama dalam 34 tahun terakhir, penonton begitu antusias untuk melihat tim kesayangannya berlaga.
Antusiasme penonton tersebut mendapat respon positif dari The Patriot. Mereka berhasil mencetak kemenangan sebanyak tujuh kali hingga kompetisi berakhir di 1994. Tim ini juga membuat playoff untuk pertama kalinya sejak tahun 1986.
Kesuksesan ini memacu semangat Kraft untuk mendirikan tim sepak bola yang ia beri nama New England Revolution. Ini merupakan tim sepak bola profesional Amerika yang berkandang di Foxboro, Massachusetts. Tim ini bermain di liga utama sepak bola Amerika.
Berkat tangan dingin Kraft di bidang olah raga, tim ini masuk ke dalam jajaran utama di liga profesional Amerika dan Canada.
Kraft berujar, kata revolution sengaja ia sematkan untuk memberi penghargaan atas keterlibatan New England dalam revolusi Amerika. The Revs, begitu julukan tim sepak bola bentukan Kraft, bermarkas di stadion Foxboro. Markas yang sama yang juga ditempati oleh The Patriots.
Tak selamanya perjalanan Kraft mulus dalam membangun bisnis olah raga. Hambatan uncul ketika ia akan membangun stadion Foxboro di kota Boston.
Gubernur Connectitut yang saat itu diduduki Jophn G. Rowland sudah bersepakat dengan parlemen untuk menjadikan lokasi pembangunan stadion Foxboro sebagai pusat kota. Walhasil, markas The Patriot harus dipindahkan ke Hartford, Connectitut pada tahun 1999.
Rencana pemindahan ini tak pelak berdampak pada masa depan nasib tim ini. Dampaknya, prestasi tim juga merosot. Apalagi, saat itu juga terjadi perdebatan serius di kalangan parlemen soal pemindahan stadion Foxboro. Parlemen menolak dengan keras untuk memberikan subsidi kepada Kraft yang harus memindahkan stadion.
Lantaran tak juga menemukan titik temu, Gubernur Connecticut Rowland akhirnya turun tangan. Ia berusaha keras melakukan negosiasi dengan anggota legislatif di wilayahnya guna menyetujui penggunaan uang negara untuk membiayai renovasi pembangunan stadion baru The Patriot tersebut. Apalagi, tanah stadion Foxboro dan sekelilingnya adalah milik Kraft yang dibelinya secara bertahap, saat membeli tim ini.
Keberuntungan rupanya menyapa Kraft. Pada menit-menit terakhir, parlemen bersikap melunak. Mereka menyetujui untuk memberikan subsidi dana dari anggaran untuk membantu pembangunan stadion baru yang diberi nama Gillette Stadium. Menariknya, parlemen juga sepakat untuk kembali mengizinkan The Patriot menempati rumah lamanya sebagai markas lama Foxboro di Boston.
Persetujuan ini tak pelak melenggangkan langkah Robert K. Kraft untuk membangun stadion yang menelan dana sebesar US$ 350 juta. Pembangunan gedung ini selesai tahun 2007. Tak cuma sebagai stadion, gedung untuk The Patriot juga menjadi pusat belanja dan hiburan yang megah bernama Patriot Palace.
(Bersambung)