kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Roubini: Quantitative Easing munculkan Bank Zombie


Kamis, 24 Januari 2013 / 20:39 WIB
Roubini: Quantitative Easing munculkan Bank Zombie
ILUSTRASI. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,56% ke 6.142,71 pada Kamis (23/9). IHSG ditopang saham-saham big cap yang menghijau.


Sumber: The Guardian |

DAVOS. Dr Doom Nouriel Roubini kembali mengeluarkan peringatan tajamnya. Kali ini ia menyoroti efek samping quantitative easing atau program pembelian aset keuangan yang belakangan dilakukan oleh banyak bank sentral dunia.

Dalam debat langsung di World Economic Forum di Davos, Roubini berujar bahwa bank sentral dunia mengambil risiko besar menjalankan QE.

"Seiring berjalannya waktu, Anda akan menghasilkan perbankan zombie, perusahaan zombie, dan rumah tangga zombie yang akan berbahaya di jangka panjang," tuturnya. Istilah 'bank zombie' pertama kali digunakan di Jepang untuk menggambarkan para peminjam yang sebenarnya tak layak menerima kredit namun mendapatkan dana segar murah dengan adanya program QE.

Roubini menegaskan bahwa QE memang penting dalam menangkis risiko terjadinya Depresi Besar baru setelah kolapsnya Lehman Brothers di 2008. Namun, ia mengritik bahwa manfaat jangka pendek QE tak bisa menandingi risiko jangka panjangnya. Ia mengemukakan 9 alasan mengapa kebijakan tak konvensional itu dapat membahayakan ekonomi di jangka panjang.

Namun 'ramalan' Roubini ini ditangkis oleh Adam Posen, manta anggota komite moneter Bank of England. Posen adalah pendukung kelanjutan QE Inggris ketika ia menjabat.

Menurut Posen, oposisi terhadap QE saat ini hanya berasal daro "kepercayaan spiritual yang dalam bahwa kebijakan ini akan mengakibatkan inflasi."

Roubini berargumen bahwa keijakan QE akan membawa konsekuensi jika bank sentral salah menilai exit strategy mereka. Ia mengritisi Federal Reserves yang hendak membeli obligasi sampai angka pengangguran terjun ke 6,5%. Ia berkata, mereka mungkin telah salah menilai berapa besar angka pengangguran itu bakal turun tanpa mengakibatkan inflasi.

Roubini mengingatkan, bank sentral mengambil risiko akan menghancurkan rejim inflation targeting yang telah berjalan di dunia selama 20 tahun ini.

"Anda melihat QE2, QE3, dan segera Anda akan melihat QE tanpa batas: apa yang akan terjadi pada rejim kebijakan moneter? Banyak negara menganut inflation targeting; sekarang Inggris menimbang untuk menghapusnya; apa yang akan menjadi jangkar baru? Bagaimana kita akan memberi jangkar pada ekspektasi orang terhadap inflasi?"

Di Davos hari Rabu (23/1) lalu, ramalan Roubini ini memecah para ekonom. Sekitar 60% dari penonton yang terdiri dari pengambil kebijakan dan akademisi masih mendukung Posen. Mereka berpendapat bahwa manfaat jangka pendek QE sebanding dengan risiko jangka panjangnya.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×