Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID -Â KYIV. Setidaknya 51 orang tewas dan 235 lainnya terluka ketika Rusia menyerang sebuah institut militer di kota Poltava, Ukraina, dengan dua rudal balistik pada hari Selasa. Serangan ini menjadi serangan tunggal paling mematikan dalam perang tahun ini.
Foto-foto yang diposting di media sosial menunjukkan beberapa tubuh pria muda terbaring di tanah, tertutup debu dan puing-puing, dengan bangunan besar yang rusak parah di belakang mereka. Meskipun Reuters tidak dapat segera memverifikasi gambar tersebut, kejadian ini telah memicu kemarahan di Ukraina.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, menyatakan kemarahannya di aplikasi perpesanan Telegram.
Baca Juga: Transaksi Rusia dan India Meningkat Pesat Meski Ada Sanksi dari Barat
"Rusia pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas serangan ini," ujarnya.
Zelenskiy juga memerintahkan penyelidikan penuh dan segera, dengan mengatakan bahwa serangan tersebut merusak sebuah bangunan dari Institut Komunikasi Militer.
Gubernur regional Poltava, Filip Pronin, mengungkapkan bahwa sekitar 15 orang mungkin masih terjebak di bawah reruntuhan. Tim penyelamat terus bekerja keras untuk mencari korban yang mungkin masih hidup.
Identitas Korban dan Reaksi Publik
Pejabat setempat belum segera mengungkap identitas para korban, tetapi beberapa blogger militer Ukraina mengisyaratkan bahwa beberapa dari mereka mungkin adalah kadet atau tentara yang sedang menjalani pelatihan.
Baca Juga: Rusia Serang Kyiv dengan Rentetan Rudal, Tepat Hari Pertama Tahun Ajaran Baru Sekolah
Penggunaan rudal balistik, yang dapat mencapai target ratusan kilometer dalam beberapa menit setelah diluncurkan, membuat para korban memiliki sedikit waktu untuk berlindung setelah sirene serangan udara berbunyi, menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Ukraina.
Ibu Negara Ukraina, Olena Zelenska, menggambarkan serangan ini sebagai "tragedi mengejutkan bagi seluruh Ukraina." Ia juga menekankan bahwa musuh menyerang institusi pendidikan dan rumah sakit, yang menambah kesedihan bagi rakyat Ukraina.
Di tengah kejadian tragis ini, beberapa warga Ukraina meninggalkan pesan di halaman Facebook institut tersebut, mencari informasi tentang orang-orang tercinta mereka yang mungkin terlibat dalam serangan tersebut.
Intensifikasi Serangan Rudal Rusia
Rusia telah meningkatkan serangan rudal dan drone ke Ukraina dua setengah tahun sejak perang skala penuh dimulai. Pekan lalu, Ukraina mengalami serangan bom terberat hingga saat ini, dan pada hari Senin, rudal balistik dan jelajah menargetkan Kyiv, menyebabkan ledakan keras.
Baca Juga: Hvaldimir, Paus Mata-mata Rusia Ditemukan Mati di Sekitar Norwegia
Selain itu, Ukraina juga melakukan serangan balasan dengan lebih dari 158 drone akhir pekan lalu, yang merusak kilang minyak di dekat Moskow dan sebuah pembangkit listrik.
Presiden Zelenskiy kembali menyerukan lebih banyak bantuan pertahanan udara dari negara-negara Barat dan mendesak sekutu untuk mengizinkan senjata jarak jauh mereka digunakan untuk menyerang lebih dalam ke wilayah Rusia guna melindungi Ukraina.
"Kami terus mengatakan kepada semua orang di dunia yang memiliki kekuatan untuk menghentikan teror ini: sistem pertahanan udara dan rudal dibutuhkan di Ukraina, bukan disimpan di gudang entah di mana," kata Zelenskiy.
"Serangan jarak jauh yang dapat melindungi kita dari teror Rusia dibutuhkan sekarang, bukan nanti. Sayangnya, setiap hari penundaan berarti hilangnya nyawa," tambahnya.
Di Poltava, yang berjarak sekitar 300 km tenggara Kyiv dan 120 km dari perbatasan Rusia terdekat, gubernur Pronin mengatakan sekitar 150 penduduk telah mendonorkan darah untuk korban yang terluka. Pihak berwenang setempat mengumumkan tiga hari berkabung untuk menghormati para korban.