Sumber: TASS | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Provokasi sistematis oleh NATO di dekat perbatasan Rusia penuh dengan risiko besar yang bisa berkembang menjadi konflik bersenjata, Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin mengatakan pada Selasa (28/12).
"Akhir-akhir ini, aliansi (NATO) memilih untuk melakukan provokasi langsung, penuh dengan risiko besar berkembang menjadi kebuntuan bersenjata," katanya dalam jumpa pers untuk atase militer asing dan perwakilan kedutaan asing di Moskow.
Sebagai contoh, dia menyebutkan, upaya kapal perusak Inggris HMS Defender pada 23 Juni 2021 lalu yang menyusup ke perairan teritorial Rusia di dekat Tanjung Fiolent Krimea.
"Itu sangat signifikan bahwa pesawat pengintai strategis Amerika Serikat (AS) RC-135 memberikan dukungan untuk kapal perang Angkatan Laut Inggris," ungkap Fomin, seperti dikutip TASS.
Baca Juga: Rusia Tarik Lebih Dari 10.000 Tentaranya Dari Perbatasan dengan Ukraina
Data Kementerian Pertahanan Rusia menunjukkan, intensitas penerbangan pengintaian oleh pesawat NATO di wilayah Laut Hitam tahun ini meningkat 60% dibanding tahun lalu. Sementara jumlah aksi militer naik dari 436 menjadi 710.
Fomin mengungkapkan, kehadiran kapal perang dan pasokan dari negara-negara ekstra-regional NATO telah menjadi permanen.
“Pada Januari hingga Desember tahun ini, kapal-kapal NATO telah melakukan 30 kunjungan ke wilayah tersebut, berbanding 23 pada tahun lalu. Secara keseluruhan, durasi kehadiran mereka mencapai 400 hari, berbanding 359 pada 2020,” bebernya.
Dia menekankan, setelah penarikan AS dari perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF), NATO mengabaikan inisiatif Presiden Rusia Vladimir Putin untuk moratorium penyebaran rudal jarak menengah dan lebih pendek di Eropa.
"Penyebaran rudal semacam itu di Eropa tidak mungkin memberikan keamanan yang lebih besar kepada NATO," sebut Fomin.