kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Rusuh pasca tewasnya George Floyd paling brutal setelah pembunuhan Martin Luther King


Rabu, 03 Juni 2020 / 08:10 WIB
Rusuh pasca tewasnya George Floyd paling brutal setelah pembunuhan Martin Luther King


Sumber: BBC | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - CALIFORNIA/LONDON.  Sejumlah jam malam diberlakukan di beberapa kota di Amerika Serikat (AS). Jam malam pasca kerusuhan dan unjuk rasa menyebar  terkait kematian seorang pria kulit hitam bernama George Floyd saat ditangkap polisi.

Sebagian besar unjuk rasa ini berlangsung damai. Tapi ada beberapa di negara bagian,pengunjuk rasa terlibat bentrok dengan polisi, membakar mobil-mobil polisi, merusak properti atau menjarah toko-toko.  Garda Nasional mengerahkan 5.000 personelnya di 15 negara bagian dan Washington DC.

Para ahli membandingkan, dengan kerusuhan di Inggris pada tahun 2011 silam. Ketika aksi damai terkait kematian seorang pria yang ditembak polisi berubah menjadi kericuhan selama empat hari, disertai penjarahan besar-besaran dan gedung-gedung yang dibakar. 

Insiden seperti kematian Floyd bisa menjadi momentum pemicu karena mewakili pengalaman yang lebih luas di antara banyak orang. Tentang hubungan antara polisi dan komunitas kulit hitam," kata Profesor Clifford Stott, ahli yang mempelajari perilaku kerumunan dan ketertiban umum di Universitas Keele, Inggris, mengutip BBC, Selasa (2/6)




TERBARU

[X]
×