Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
PYONGYANG. Pada Sabtu (29/4) lalu, Korea Utara melakukan ujicoba nuklir. Namun, berdasarkan laporan sejumlah petinggi AS kepada NBC News, rudal tersebut meledak tak lama setelah diluncurkan.
Pejabat AS itu mengungkapkan, ujicoba rudal melibatkan jarak pendek, rudal non-nuklir, yang mampu mencapai Seoul, bukan Jepang.
Salah seorang petinggi itu juga mengatakan, Amerika sudah mendapatkan peringatan atas adanya ujicoba tersebut dan terus mengamati perkembangan yang terjadi.
Sementara itu, seorang petinggi militer Korut yang namanya dirahasiakan memberikan konfirmasinya kepada NBC. Menurutnya, pengujian rudal tersebut dilakukan pada pukul 05.30 waktu lokal setempat. Dia membocorkan, rudal tersebut melesat dari timur laut ke laut bagian timur.
"Saat ini, kita terus memonitor provokasi yang dilakukan pihak militer Korut dan sangat siap menghadapi segala bentuk provokasi," demikian kata petinggi AS yang namanya dirahasiakan.
Komando Pasifik AS mengatakan, nuklir tersebut tidak berhasil meningalkan teritori Korea Utara dan North American Aerospace Defense Command menilai, peluncuran tersebut tidak mengancam Amerika Utara.
Gedung Putih dan jajaran pemerintahannya sudah mengetahui hal tersebut. Dalam wawancara dengan Reuters yang dipublikasikan Kamis malam, Trump bilang, konflik besar dengan Korut sangat mungkin terjadi. Namun dia lebih memilih solusi dipomatik.
Trump menginginkan Korut membayar sistem pertahanan militer, the Terminal High Altitude Area Defense (THADD) senilai US$ 1 miliar. THADD didisain untuk melindungi Korut dan Jepang dari serangan rudal, dan dapat dioperasionalkan paling cepat musim panas 2017.