kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.313   10,00   0,06%
  • IDX 7.192   51,54   0,72%
  • KOMPAS100 1.027   0,61   0,06%
  • LQ45 779   -0,14   -0,02%
  • ISSI 237   2,91   1,24%
  • IDX30 402   -0,27   -0,07%
  • IDXHIDIV20 464   1,04   0,22%
  • IDX80 116   0,22   0,19%
  • IDXV30 118   1,12   0,95%
  • IDXQ30 128   -0,16   -0,12%

Kenapa Jumlah Bitcoin Terbatas Hanya 21 Juta Koin, Apakah bisa Dicetak Lagi?


Rabu, 16 Juli 2025 / 20:21 WIB
Kenapa Jumlah Bitcoin Terbatas Hanya 21 Juta Koin, Apakah bisa Dicetak Lagi?
ILUSTRASI. Bitcoin (BTC) tidak hanya dikenal sebagai pelopor mata uang kripto, tetapi juga karena fitur paling ikoniknya: hard cap sebanyak 21 juta koin


Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin (BTC) tidak hanya dikenal sebagai pelopor mata uang kripto, tetapi juga karena fitur paling ikoniknya: hard cap sebanyak 21 juta koin. Batasan ini bukan hanya sekadar angka; ia adalah janji keabadian yang tertanam dalam kode Bitcoin dan inilah yang membuatnya sangat berharga.

Namun, seiring Bitcoin mendekati batas maksimal tersebut, pertanyaan penting mulai muncul: Apa sebenarnya hard cap itu, dan mungkinkah suatu hari nanti diubah?

Apa Itu Hard Cap dalam Dunia Kripto?

Hard cap adalah jumlah maksimum mata uang kripto yang dapat beredar. Angka ini ditentukan secara permanen dalam kode blockchain, sehingga tidak bisa diubah sembarangan. Tujuannya adalah menciptakan kelangkaan absolut, mirip seperti emas dalam dunia fisik.

Ambil contoh Bitcoin. Penciptanya, Satoshi Nakamoto, menetapkan bahwa tidak akan pernah ada lebih dari 21 juta BTC yang beredar. Tak peduli seberapa besar permintaan atau seberapa banyak penambang, suplai Bitcoin akan selalu terbatas.

Baca Juga: Minat Publik Amerika Serikat Membeli Bitcoin Melonjak 76% dalam Satu Bulan Terakhir

Mengapa Hard Cap Penting?

1. Kelangkaan yang Absolut

Hard cap menjadikan Bitcoin seperti emas digital — tetapi dengan pasokan yang lebih pasti. Jika permintaan naik sementara suplai tetap, maka harga cenderung meningkat.

2. Perlindungan dari Inflasi

Berbeda dengan mata uang fiat yang bisa dicetak tanpa batas, Bitcoin tidak bisa “diproduksi” lebih banyak. Ini menciptakan sistem moneter yang prediktabel dan transparan.

3. Kepastian Monetisasi

Sistem reward Bitcoin mengalami halving setiap empat tahun. Ini memperlambat penciptaan koin baru dan memastikan pasokan tetap terkendali hingga 21 juta tercapai.

Perbandingan Hard Cap dan Soft Cap

Dalam konteks ICO (Initial Coin Offering), istilah hard cap juga digunakan. Namun artinya sedikit berbeda:

  • Soft Cap: Target pendanaan minimum untuk menjalankan proyek.

  • Hard Cap: Batas maksimal dana yang ingin dikumpulkan.

Keduanya bertujuan memberikan kejelasan dan kepercayaan kepada investor.

Baca Juga: Saat Harga Bitcoin Tembus Rekor Tertinggi, Trader Ini Justru Rugi Rp4,9 Triliun

Kenapa 21 Juta? Alasan di Balik Angka Sakral Bitcoin

Banyak yang bertanya: Mengapa Satoshi memilih angka 21 juta? Meskipun tidak ada jawaban resmi, beberapa analis percaya angka ini dirancang untuk meniru sistem moneter global dalam bentuk digital yang langka dan anti-inflasi.

Jika kita bandingkan dengan emas, ketika penambangan meningkat, pasokan bertambah dan harga bisa turun. Dengan Bitcoin, hal ini tidak mungkin terjadi karena jumlahnya terbatas dan tetap.

Apakah Hard Cap Bisa Diubah?

Secara teknis: ya, bisa. Karena Bitcoin adalah kode sumber terbuka (open source), siapa pun bisa membuat perubahan. Namun secara praktik dan komunitas: sangat kecil kemungkinan berhasil.

Berikut alasan mengapa mengubah hard cap adalah hal nyaris mustahil:

1. Menghancurkan Kepercayaan

Kepercayaan adalah pondasi utama Bitcoin. Jika pasokan bisa diubah, maka semua prinsip kelangkaan, prediktabilitas, dan anti-inflasi runtuh.

2. Dampak Harga yang Drastis

Jika suplai ditingkatkan, pasar bisa panik. Investor bisa melakukan aksi jual besar-besaran karena takut nilai Bitcoin terdilusi.

3. Potensi Hard Fork

Perubahan besar seperti ini hampir pasti akan memicu hard fork, yakni perpecahan jaringan. Kita pernah melihatnya saat debat ukuran blok pada 2017 yang menghasilkan Bitcoin Cash. Namun, Bitcoin tetap dominan.

Baca Juga: Pencipta Bitcoin Satoshi Nakamoto Menjadi Orang Terkaya Ke-11 Dunia

Suara-suara yang Pernah Muncul

Tokoh awal Bitcoin seperti Hal Finney pernah berspekulasi tentang kemungkinan inflasi setelah 21 juta BTC tercapai. Namun ia menyebutnya sebagai “eksperimen pemikiran,” bukan rencana nyata. Selain itu, Satoshi sendiri merancang sistem insentif berbasis biaya transaksi, bukan hanya reward penambangan.

Untuk benar-benar mengubah hard cap, dibutuhkan konsensus dari seluruh ekosistem:

  • Pengembang inti (core developers) harus setuju.

  • Penambang (miners) harus menerima perubahan.

  • Operator node — yang menjalankan jaringan Bitcoin — juga harus menyetujui.

Bahkan institusi besar seperti BlackRock atau Grayscale, jika mendukung versi Bitcoin dengan pasokan lebih tinggi, tetap tak bisa mengubah jaringan asli tanpa dukungan komunitas luas.

Selanjutnya: OJK Mulai Atur Praktik Influencer Keuangan, Ini Ketentuannya!

Menarik Dibaca: 5 Aroma Parfum yang Cocok Dipakai Siang Hari, Segarnya Bikin Semangat!




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×