kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.959.000   16.000   0,82%
  • USD/IDR 16.304   -11,00   -0,07%
  • IDX 7.533   43,20   0,58%
  • KOMPAS100 1.070   7,34   0,69%
  • LQ45 793   -2,68   -0,34%
  • ISSI 254   0,66   0,26%
  • IDX30 409   -1,29   -0,31%
  • IDXHIDIV20 467   -2,82   -0,60%
  • IDX80 120   -0,30   -0,25%
  • IDXV30 124   0,09   0,07%
  • IDXQ30 131   -0,56   -0,43%

Industri Pesawat Rusia Terpuruk, Sanksi dan Krisis Produksi Bikin Armada Menipis


Jumat, 08 Agustus 2025 / 22:45 WIB
Industri Pesawat Rusia Terpuruk, Sanksi dan Krisis Produksi Bikin Armada Menipis
ILUSTRASI. Pesawat Airbus A320-200 Aeroflot mendarat di Bandara Internasional Sheremetyevo di luar Moskow, Rusia, 4 Maret 2020. Industri penerbangan Rusia tengah menghadapi krisis serius akibat sanksi internasional dan kendala produksi.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Industri penerbangan Rusia tengah menghadapi krisis serius akibat sanksi internasional dan kendala produksi. 

Data penyedia intelijen penerbangan Swiss, ch-aviation, mencatat produsen pesawat Rusia hanya mengirimkan satu dari 15 jet komersial yang direncanakan pada tahun ini. 

Hambatan utama berasal dari terbatasnya akses komponen asing serta tingginya suku bunga yang menekan investasi.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, sanksi Barat memutus akses Negeri Beruang Merah terhadap pesawat dan suku cadang buatan luar negeri. 

Dari lebih 700 armada maskapai Rusia yang sebagian besar merupakan jet Airbus dan Boeing kini pasokan komponen penting hanya dapat diperoleh melalui jalur impor tidak langsung yang rumit.

Baca Juga: Eropa Putar Otak untuk Hindari Energi Rusia Jika Sanksi Dilonggarkan

Seorang sumber industri penerbangan Rusia menyatakan, “Tidak ada basis komponen, teknologi, fasilitas produksi, maupun tenaga insinyur. 

Membangun semua itu dari nol memerlukan waktu bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun.”

Sebagai negara dengan 11 zona waktu, Rusia sangat bergantung pada pesawat komersial untuk mobilitas penumpang dan barang di dalam negeri. Namun, sejumlah insiden menggarisbawahi urgensi peremajaan armada. 

Pada akhir Juli 2024, pesawat Antonov An-24 buatan 1976 jatuh di timur jauh Rusia dan menewaskan seluruh 48 penumpang. Beberapa hari kemudian, maskapai Aeroflot membatalkan puluhan penerbangan akibat serangan siber.

Pelemahan Industri yang Lebih Luas

Keterlambatan produksi pesawat mencerminkan pelemahan sektor industri Rusia secara keseluruhan. Data Indeks Manajer Pembelian (PMI) Juli 2024 menunjukkan kontraksi output pabrik pada laju tercepat sejak Maret 2022. 

Suku bunga tinggi ikut menekan produksi mobil, memicu kebangkrutan di sektor batu bara, memperlambat ekspor komoditas, dan menggagalkan target pembangunan pesawat.

Dmitry Polevoy, Kepala Investasi Astra Asset Management, memperingatkan bahwa sektor industri berada di ambang resesi akibat kebijakan moneter yang ketat.

Baca Juga: Gedung Putih Putar Otak untuk Beri Rusia Keringanan Sanksi

Pada 2021, Rusia menambah 52 pesawat komersial baru, termasuk 27 Airbus, tiga Boeing, dan 22 Sukhoi Superjet berbahan komponen impor. Namun sejak itu, hanya 13 pesawat baru yang masuk ke armada, terdiri dari 12 Superjet dan satu Tupolev Tu-214.

Pemerintah telah beberapa kali menurunkan target produksi. Target pengiriman 2024–2025 yang awalnya 171 unit dipangkas menjadi 21 unit, dan pada pertengahan 2024 diperkirakan akan direvisi lagi. 




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×