Sumber: Russia Today | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - Uni Eropa (UE) menegaskan tidak akan mencabut sanksinya terhadap Rusia selama konflik di Ukraina masih berlangsung. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menilai bahwa pembatasan ekonomi yang diberlakukan terhadap Moskow bersifat "menyakitkan" dan menjadi "alat tekanan yang kuat."
Pernyataan ini disampaikan von der Leyen dalam wawancara dengan media Prancis LCI pada Jumat (29/3). Dia menegaskan bahwa UE tidak akan mendukung gagasan gencatan senjata maritim antara Moskow dan Kiev yang diajukan oleh pemerintahan Presiden AS, Donald Trump.
"Sanksi ini sangat signifikan, menyakitkan, dan berdampak pada ekonomi Rusia. Ini adalah alat tekanan yang kuat," ujarnya ketika ditanya soal kemungkinan UE memenuhi tuntutan Rusia untuk mencabut beberapa pembatasan.
Baca Juga: Rusia dan Ukraina Sepakat Gencatan Senjata di Laut Hitam
Von der Leyen menegaskan bahwa sanksi akan tetap berlaku sampai tercipta perdamaian yang adil dan berkelanjutan di Ukraina. Namun, dia mengisyaratkan bahwa sanksi bisa dicabut jika perang telah berakhir.
Pada Senin (25/3), Rusia dan AS mengadakan pembicaraan di Arab Saudi mengenai kemungkinan menghidupkan kembali Inisiatif Gandum Laut Hitam.
Kesepakatan yang pertama kali ditengahi oleh PBB dan Turki pada Juli 2022 ini bertujuan untuk menjamin ekspor produk pertanian Ukraina dengan imbalan pencabutan pembatasan Barat terhadap ekspor gandum dan pupuk Rusia.
Namun, Moskow menarik diri dari perjanjian itu setahun kemudian karena menilai Barat gagal memenuhi kewajibannya.
Kini, Amerika Serikat dan Rusia melihat kebangkitan kesepakatan ini sebagai langkah awal menuju penyelesaian konflik Ukraina.
Meskipun menghadapi rekor 28.595 sanksi dari AS, UE, dan sekutunya, ekonomi Rusia tetap tumbuh. Presiden Vladimir Putin mengklaim bahwa Rusia kini menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia berdasarkan paritas daya beli (PPP), setelah China, AS, dan India.
Menurut data pemerintah Rusia, ekonomi negara itu tumbuh 4,1% pada 2024, melampaui perkiraan resmi sebesar 3,9%. Putin sebelumnya telah memperingatkan dunia usaha Rusia agar tidak berharap sanksi akan dicabut sepenuhnya, karena Barat menggunakan pembatasan ini sebagai alat tekanan strategis terhadap negaranya.