Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Dolar Australia (AUD) bergerak dekat level tertinggi baru untuk 2025 pada perdagangan Senin (29/12/2025), didorong oleh yield obligasi lokal yang menguat dan harga komoditas yang tinggi, meski dolar Selandia Baru (NZD) tertinggal di belakang.
Melansir Reuters, AUD diperdagangkan di level $0,6714, setelah melonjak 1,6% pekan lalu ke level tertinggi 14 bulan di $0,6724.
Lonjakan mingguan ini merupakan yang terbesar sejak April dan membawa kenaikan tahunan AUD menjadi 8,5%, pertama kali dalam lima tahun terakhir.
Baca Juga: Trump Sebut Perdamaian Ukraina–Rusia Kian Dekat, Negosiasi Masuk Tahap Akhir
Kenaikan akhir tahun ini sebagian didorong oleh meningkatnya yield obligasi, karena pasar memperkirakan kemungkinan pengetatan kebijakan pada 2026 oleh Reserve Bank of Australia (RBA).
Terhadap yen Jepang yang beryield rendah, AUD berada di level 104,81 yen, setelah naik 0,7% pada Jumat lalu ke puncak 17 bulan di 105,16 yen.
Harga komoditas yang mencapai level tertinggi, seperti emas, perak, dan tembaga, turut mendorong permintaan terhadap mata uang Australia.
“Jika pergerakan cepat pada logam mulia dan komoditas penting terus berlanjut pada 2026, mata uang dan pasar saham Australia berpotensi berkinerja lebih baik,” kata analis IG, Tony Sycamore.
“Sebagai eksportir utama komoditas dengan cadangan besar, Australia menawarkan leverage langsung, menjadikan AUD/USD dan indeks ASX200 sebagai pilihan menarik untuk tahun depan.”
Baca Juga: Harga Minyak Naik Senin (29/12) Pagi: Brent ke US$61,21 dan WTI ke US$57,28
Obligasi pemerintah Australia mengalami tahun yang penuh tekanan, dengan yield obligasi 10-tahun acuan naik hampir 40 basis poin menjadi 4,745%. Yield obligasi 3-tahun meningkat 30 bps menjadi 4,114%.
Sementara itu, dolar Selandia Baru turun 0,1% ke $0,5825, setelah naik 1,4% pekan lalu.
Namun, NZD menghadapi resistensi kuat di level tertinggi tiga bulan $0,5853 dan hanya naik 4,2% sepanjang tahun.
Rendahnya suku bunga Selandia Baru membuat mata uang ini kurang menarik untuk strategi carry trade, terutama terhadap yen.
Investor juga memperkirakan Reserve Bank of New Zealand akan mempertahankan suku bunga acuan di 2,25% untuk beberapa pertemuan mendatang, dengan kenaikan pertama kemungkinan baru akan tercermin pada Oktober tahun depan.













