kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham Asia naik lebih tinggi di awal pekan


Senin, 06 September 2021 / 14:19 WIB
Saham Asia naik lebih tinggi di awal pekan
ILUSTRASI. Bursa Asia. REUTERS/Olivia Harris./File Photo


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Saham Asia naik tipis pada hari Senin karena laporan penggajian AS yang mengecewakan karena peningkatan pekerjaan yang jauh lebih kecil dari yang diharapkan.

Mengutip Reuters, indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis sebesar 0,2%, meskipun capaian ini yang tertinggi sejak akhir Juli. Nikkei Jepang juga naik 1,7% sekaligus ada harapan perdana menteri baru akan membawa stimulus fiskal tambahan.

Saham blue chips China juga tercatat naik 1,3% di saat ada spekulasi kalau Beijing akan menambahkan stimulus melalui kebijakan fiskal dan moneter.

"Ketenagakerjaan melambat tajam pada Agustus, dengan sedikit indikasi kenaikan pasokan tenaga kerja. Ini menempatkan The Fed dalam kebingungan karena menyeimbangkan risiko perlambatan permintaan yang tajam terhadap pasokan dan inflasi yang ketat,” kata ekonom Barclays Jonathan Millar.

Selain itu, imbal hasil US Treasury  bertenor 10 tahun juga naik menjadi 1,32% sehingga membatasi beberapa tekanan pada dolar dari angka gaji yang buruk. Namun, indeksnya masih berada di level terendah satu bulan sebelum stabil di 92,128.

Baca Juga: Wajah bursa Asia beragam mengawali awal pekan ini Senin, 9 September

Investor minyak justru lebih khawatir dengan buruknya langkah AS dalam mempekerjakan tenaga kerja yang akan menjadi hambatan pada permintaan. Brent turun 82 sen menjadi US$ 71,79 per barel, sementara minyak mentah AS kehilangan 73 sen menjadi US$ 68,56.

Millar juga memperkirakan Fed masih akan memberi sinyal tapering pada September. Namun, tapering itu diprediksi masih akan dimulai pada Desember dengan quantitative easing kemungkinan akan berakhir pada pertengahan 2022.

Prospek dimulainya tapering Fed itu akan menjadi sentimen positif untuk emas yang saat ini harganya mencapai US$ 1.827 per ounce, setelah mencapai tertinggi sejak pertengahan Juni di US$ 1.833,80.

Sementara itu, Bank Sentral Eropa akan mengadakan pertemuan kebijakan minggu ini dan sejumlah kebijakan hawkish dengan menyerukan adanya langkah mundur dalam program pembelian aset besar merek. Meskipun, Presiden Christine Lagarde akan mencoba membuat kebijakan tersebut terdengar lebih dovish. 

"Kami memperkirakan ECB akan mengumumkan pengurangan kecepatan PEPP (program pembelian darurat pandemi) Q4 pada pertemuan September. Semua tuas kebijakan lainnya kemungkinan akan ditahan, dengan perkiraan inflasi direvisi naik tajam tahun ini dan tahun depan." kata analis di TD Securities.

Di awal pekan ini, nilai tukar euro terhadap dolar AS menguat di US$ 1,1881 setelah mencapai puncak lima minggu di US$ 1,1908 pada hari Jumat lalu.

Selanjutnya: Delapan saham ini paling banyak dijual asing selama sepekan




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×