Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Kinerja saham perusahaan pengiriman paket FedEx Corp rupanya menjadi patokan ara fund manager papan atas dunia untuk mengantisipasi efek perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Saham FedEx yang bisnisnya sering dipandang sebagai proksi untuk pertumbuhan ekonomi global, anjlok 13% pada Rabu lalu (18/9), sehari setelah FedEx menyatakan rencana untuk mengandangkan beberapa pesawat dan memangkas biaya karena dampak perang perdagangan AS dengan China.
"Kami berharap ada kesepakatan perdagangan dan kembali normal, namun itu belum terjadi," kata Kepala Eksekutif FedEx Frederick Smith seperti dikutip Reuters.
Alhasil, beberapa pengelola dana kelas atas pun berancang-ancang karena diperkirakan perang dagang AS dan China akan bertahan lebih lama daripada yang sebelumnya diantisipasi.
Baca Juga: AS-China melakukan diskusi konstruktif di Washington, perang dagang berakhir?
Perusahaan mulai dari pemasok suku cadang O'Reilly Automotive hingga pembuat peralatan jaringan Juniper Networks menyebutkan perang dagang membebani pendapatan mereka. Namun investor lebih fokus pada FedEx karena sifat bisnisnya menyentuh beberapa industri di seluruh dunia, termasuk pengeluaran konsumen.
Pembicaraan tingkat tinggi antara kedua negara akan dilanjutkan lagi pada bulan Oktober. Konflik antara kedua negara dapat membutuhkan satu dekade untuk diselesaikan, demikian penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengingatkan pada 6 September lalu.
Dus, para fund manager bergerak menjauh dari saham-saham industri dan perusahaan teknologi AS yang mungkin paling terpengaruh oleh tarif yang lebih tinggi. Sebaliknya mereka mencari peluang dari beberapa saham perusahaan yang menawarkan peluang jangka panjang meskipun ada perang dagang.
"Jelas bahwa China akan mencoba untuk menyeret ini keluar selama mungkin dan berharap itu menghilang setelah pemilihan (presiden 2020)," kata Brian Yacktman dari YCG Enhanced Fund.
Baca Juga: Trump diam-diam membebaskan lebih dari 400 jenis produk China dari tarif
Yacktman lebih condong menempatkan dana ke saham pembuat barang-barang mewah Eropa seperti Kering SA pemilik merek Gucci dan Botegga Veneta, yang memiliki kekuatan harga tetapi belakangan sahamnya jatuh di tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi Tiongkok. Harga saham Kering naik 12,4% sepanjang tahun ini, termasuk penurunan 10% selama tiga bulan terakhir.
"Ini adalah perusahaan yang hanya dapat meneruskan tarif karena orang ingin membeli simbol status," katanya.