kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saudi Aramco bidik 20% saham Reliance senilai US$ 15 miliar


Senin, 12 Agustus 2019 / 18:46 WIB
Saudi Aramco bidik 20% saham Reliance senilai US$ 15 miliar
ILUSTRASI. Kilang minyak Saudi Aramco


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Saudi Aramco akan membeli 20% saham fasilitas penyulingan minyak asal India milik Reliance Industries Ltd. Aksi ini akan membuat Aramco yang merupakan produsen minyak terbesar di dunia menjadi bagian dari pabrik penyulingan terbesar di dunia pula.

Chairman Reliance Mukesh Ambani mengatakan, setidaknya divisi refinery Reliance punya kapitalisasi pasar-termasuk utang-senilai US$ 75 miliar. Sehingga untuk mengempit 20% saham, Aramco mesti merogoh kocek hingga US$ 15 miliar.

Kapasitas produksi refinery Reliance memang termasuk yang terbesar di dunia. Kompleks refinery di Jamnagar misalnya punya kapasitas produksi hingga 1,24 juta barel per hari.

Baca Juga: Saudi Aramco melaporkan penurunan laba bersih sebesar 12% di semester I-2019

Bagi Aramco, aksi mengempit saham Reliance merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan yang menargetkan bisa memproses 10 juta barel minyak mentah pada tahun 2030 kelak. 

Sementara dilaporkan oleh Bloomberg, Senin (12/8) transaksi tersebut juga mengharuskan Reliance membeli 500.000 barel minyak mentah per hari dari Aramco.

“Transaksi ini merupakan sinergi yang sempurna antara produsen minyak mentah terbesar di dunia dan pemilik refinery dan pabrik petrokimia terbesar di dunia,” kata Bambani dikutip dari Bloomberg.

Targetnya, Maret 2020 mendatang transaksi bisa diselesaikan. Sedangkan saat ini, kedua belah pihak tengah melakukan uji. Meski demikian Aramco sudah meneken surat perjanjian alias letter of intent untuk melakukan transaksi tersebut.

Reliance diketahui dalam beberapa waktu terakhir memang kerap melepaskan beberapa aset-asetnya. Ini dilakukan untuk memperkuat likuiditas perusahaan secara grup. 

Sebab dana yang didapatkan dari pelepasan aset tersebut digunakan kembali oleh Reliance untuk berekspansi ke sektor lain, misalnya ke telekomunikasi. 

Sementara Boomberg mencatat hingga akhir Desember perusahaan masih memiliki utang hingga US$ 32 miliar.

Baca Juga: Pembicaraan IPO Saudi Aramco berlanjut, Pangeran ingin valuasi tetap US$ 2 triliun

Sementara Reuters melaporkan, sepanjang semester I-2019 lalu, Aramco tercatat mengalami penurunan laba bersih mencapai 12% (yoy) menjadi US$ 46,9 miliar. Meski merosot, Armaco masih tercatat sebagai perusahaan dengan laba bersih terbesar di dunia. 

Aplle Inc misalnya, perusahaan terbuka yang tercatat mencetak laba bersih terbesar cuma meraih US$ 31,5 miliar.

“Meskipun harga minyak menurun sepanjang semester pertama pada 2019, kami tercatat masih menghasilkan pendapatan yang solid dan arus kas yang baik. Hal ini ditopang dari performa operasional kami yang konsisten, dan kemampuan kami menjaga biaya produksi,” kata CEO Aramco Amin Nasser dikutip dari Reuters.

Dalam enam bulan pertama 2019, Aramco berhasil mencetak pendapatan senilai US$ 163,88 miliar, merosot dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya senilai US$ 167,68 miliar. Sedangkan arus kas perusahaan meningkat 6,7% menjadi US$ 38 miliar.

Penurunan pendapatan tersebut menurut Aramco terjadi akibat harga minyak mentah yang anjlok 4% dari US$ 69 per barel menjadi US$ 66 per barel. Di sisi lain pendapatan pajak perusahaan juga menurun US$ 2,62 miliar. 

Penurunan pendapatan ini juga ditambah dengan meningkatnya ongkos produksi dan penurunan nilai aset.




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×