Sumber: Bloomberg |
JAKARTA/SINGAPURA. Pasar saham Filipina mencetak rekor setelah mengalahkan Indonesia dalam meraih predikat bergengsi, investment grade dari Standard & Poor's kemarin.
Bursa Efek Filipina sempat melesat 1,9% hari ini dan memecah rekor tertinggi. Tapi pada pukul 13:47 bursa Filipina melandai dan naik 1,65% ke 7.210,47, meskipun tetap saja di level rekor.
Nilai tukar peso naik ke level tertinggi empat minggu yaitu 0,3% menjadi 40,93 per dollar Amerika Serikat (AS).
Sedangkan hingga pukul 11:29 hari ini, (3/5), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) minus 39,75 poin ke 4.954,28. Sembilan sektor di IHSG merah, hanya satu sektor yang hijau yakni consumer goods.
Pergerakan ini sesuai dengan prediksi Reza Priyambada, analis dari Trust Securities. "Diturunkannya peringkat utang Indonesia oleh S&P dari positif ke stabil juga menjadi sentimen negatif bagi indeks," kata Reza.
Perlu diketahui, kemarin(2/5) S&P menaikkan peringkat utang jangka panjang Filipina dari BB+ menjadi BBB- dengan outlook ekonomi stabil. Sebaliknya, S&P menegaskan peringkat Indonesia tetap BB+ dengan outlook stabil dari yang sebelumnya positif.
Pemerintah Indonesia plin-plan dan lamban
S&P menilai, keputusan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menunda kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi mengancam kondisi keuangan Indonesia. Kebingungan arah kebijakan SBY juga membuat pasar bertanya-tanya.
Tapi, peringkat yang diberikan tak bisa ditawar meskipun, di saat bersamaan, pemerintah Indonesia juga sedang menggenjot belanja infrastruktur.
Sebenarnya, kebijakan yang diambil dua presiden yakni SBY dan Presiden Filipina Benigno Aquino hampir sama dalam memacu laju perekonomian. Kali ini, Aquino dianggap berhasil menakhodai Filipina sebagai wilayah dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat.
"Kami terus mengatasi hambatan pertumbuhan, mempercepat proyek infrastruktur dan membuka diri pada investor asing," jelas Finance Secretary Filipina, Cesar Purisima kepada BloombergTV.
Santitarn Sathirathai, ekonom Credit Suisse Group AG di Singapura menilai bagi Filipina, reformasi yang dijalankan Aquino sudah mulai membuahkan hasil. Keuntungan bagi negara itu adalah bisa menarik arus investasi langsung pemodal asing, tak hanya jangka pendek melainkan jangka panjang.
Sedangkan, "Rating momentum Indonesia bergerak ke arah yang salah," ulasnya.
Di Filipina, dengan adanya kenaikan peringkat ini, S&P memprediksi aliran modal asing akan sangat deras. Menurut Santitarn, peranan bank sentral sangat dibutuhkan untuk menghindari potensi gelembung aset (bubble).