kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sebagian senator AS tolak rencana merger T-Mobil US Inc dan Sprint Corp


Rabu, 13 Februari 2019 / 20:17 WIB
Sebagian senator AS tolak rencana merger T-Mobil US Inc dan Sprint Corp


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Delapan senator Demokrat Amerika Serikat (AS) dan Senator Independen Bernie Sanders mendesak Departemen Kehakiman AS dan Federal Communications Commission (FCC) untuk menolak usulan merger T-Mobil US Inc dan Sprint Corp.

Desakan tersebut dilayangkan melalui surat kepada Ketua FCC Ajit Pai dan Makan Delrahim, serta pejabat antimonopoli terkemuka Departemen Kehakiman pada Selasa (13/2).

Bernie Sanders mengatakan, permintaan ini juga mendapat dukungan dari calon presiden AS potensial, yakni Amy Klobuchar, Sherrod Brown, Kirsten Gillibrand, Elizabeth Warren, dan Cory Booker. Senator Richard Blumenthal dan Tom Udall juga disebut ikut dalam penandatangan surat tersebut.

Gabungan senator tersebut menilai, merger senilai US$ 26 miliar ini bakal menaikkan harga bagi konsumen dan merugikan pekerja. Selain itu, merger ini juga berpotensi menghambat kompetisi, memperburuk kesenjangan digital, dan merusak inovasi.

Para senator mencatat empat operator nirkabel terbesar termasuk AT&T Inc dan Verizon Communications Inc menguasai 98% pasar AS. Mereka menilai, rencana merger T-Mobil US Inc dan Sprint Corp malah akan memperkuat monopoli di pasar industri seluler dan telekomunikasi.

“Regulator antitrust di seluruh dunia secara konsisten memblokir empat hingga tiga merger di industri seluler dan telekomunikasi. Mereka yang membiarkan merger itu, hidup menyesalinya,” kata para senator seperti dikutip Reuters.

Di sisi lain, Chief Executive Officer (CEO) T-Mobile John Legere membela rencana merger tersebut. John mengatakan perusahaannya sama sekali tidak menggunakan peralatan jaringan Huawei atau ZTE.

“Kami juga tidak akan menggunakan peralatan dari perusahaan-perusahaan China untuk jaringan 5G generasi berikutnya,” kata dia. Hal ini untuk merespons kekhawatiran pemerintah AS atas adanya teknologi asal China yang dimanfaatkan sebagai alat mata-mata.

John juga mengatakan, merger justru akan membuat harga layanan menjadi lebih rendah dan menyediakan lebih banyak pekerjaan di AS. Ia memproyeksi, merger perusahaan ini juga akan meningkatkan pangsa pasar secara agresif berkat peningkatakan dan percepatan teknologi 5G.

Upaya ini adalah untuk merespons adanya pelanggan yang mulai enggan menggunakan Sprint atau T-Mobile karena khawatir kualitas jaringan tersebut tidak sebagus milik Verizon atau AT&T.

Sebagai informasi, kedua perusahaan kembali mengumumkan rencana merger pada April 2018. Putaran pertama rencana merger pada 2014 berakhir begitu saja. Penyebabnya, saat itu, pemerintahan Presiden Barack Obama menyatakan keprihatinan antimonopoly atas adanya merger tersebut.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×