Sumber: New York Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Rusia pada hari Selasa (19/4) resmi menolak seruan gencatan senjata kemanusiaan di Ukraina. Menurut mereka, gencatan senjata tersebut hanya akan dimanfaatkan Ukraina untuk menumpuk senjata.
Penolakan ini disampaikan oleh utusan Rusia di PBB, Dmitry Polyanskiy, pada pertemuan Dewan Keamanan PBB di Ukraina. Beberapa saat sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan gencatan senjata selama empat hari untuk evakuasi warga sipil dan distribusi makanan dan obat-obatan.
Di hadapan Dewan Keamanan, Polyanskiy menyebut seruan gencatan senjata yang diarahkan kepada Rusia tidak tulus. Pihak Rusia menilai fase ini akan memberikan ruang bagi Ukraina untuk mempersenjatai diri.
Baca Juga: PBB: Belum Ada Gencatan Senjata di Ukraina Dalam Waktu Dekat
"Tidak tulus. Dalam praktiknya mereka hanya menunjukkan aspirasi untuk memberikan ruang bernapas bagi Kiev untuk bersatu dan menerima lebih banyak drone, lebih banyak rudal anti-tank, dan lebih banyak Manpad (sistem pertahanan udara portabel)," kata Polyanskiy, seperti dikutip New York Times.
Pada forum sebelumnya, Guterres menyoroti adanya lebih dari 12 juta orang di Ukraina yang saat ini membutuhkan bantuan kemanusiaan. Namun, ia memperkirakan jumlah aslinya bisa mencapai 15,7 juta orang, atau setara dengan 40% populasi Ukraina.
Permintaan Guterres akan gencatan senjata disetujui oleh banyak pihak, termasuk China yang selama ini belum mengecam aksi Rusia di Ukraina. China sepakat untuk mendukung gencatan senjata kemanusiaan dan meminta Rusia dan Ukraina untuk mengupayakan hal itu.
Baca Juga: Fase Baru Perang Ukraina-Rusia Dimulai, Wilayah Donbas jadi Medan Tempur
Rusia sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB telah menggunakan hak veto sebanyak dua kali dalam pembicaraan yang berfokus pada Ukraina sejak invasi dimulai pada Februari.
Situasi ini membuat Dewan Keamanan PBB sulit mengambil langkah nyata untuk menyelesaikan perang Ukraina-Rusia.
Beberapa pernyataan dari pejabat dan diplomat PBB pada hari Selasa juga menunjukkan kondisi frustrasi pada ketidakmampuan mereka untuk menengahi gencatan senjata, menengahi kesepakatan damai atau membujuk Rusia untuk mengakhiri agresinya.
Saat ini pasukan Rusia telah difokuskan di wilayah Donbas, tempat di mana dua daerah separatis Donetsk dan Luhansk berada. Di saat yang sama, masih banyak warga sipil yang terjebak di wilayah timur Ukraina, termasuk kota pelabuhan Mariupol.