Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Kepala badan bantuan PBB, Martin Griffiths, pada hari Senin (18/4) mengatakan bahwa tanda-tanda gencatan senjata kemanusiaan di Ukraina masih belum terlihat. Kondisi tersebut diprediksi baru bisa terjadi dalam beberapa minggu ke depan.
Griffiths sebelumnya telah bertemu dengan pejabat senior di Moskow dan Kiev untuk membahas permintaan PBB terkait adanya gencatan senjata. PBB berharap gencatan senjata bisa digunakan untuk melakukan evakuasi korban dan mendistribusikan pasokan kemanusiaan.
"Jelas, kami belum bisa mendapat gencatan senjata kemanusiaan di pihak Rusia. Saya membahas banyak detail tentang ini dan mereka terus berjanji untuk kembali kepada saya tentang detail proposal itu," kata Griffiths, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Peringatan PBB: Perang di Ukraina Bisa Menghancurkan Banyak Negara Miskin
Lebih lanjut, Griffiths mengatakan bahwa gencatan senjata untuk saat ini tidak ada dalam agenda Rusia.
"Gencatan senjata tidak di cakrawala sekarang. Mereka mungkin terjadi dalam beberapa minggu. Mereka mungkin terjadi sedikit lebih lama dari itu," pungkas Griffiths.
Griffiths menyampaikan laporannya tersebut di markas besar PBB di New York menyusul adanya pembicaraan tentang upayanya untuk mengatur gencatan senjata lokal di Ukraina.
Pekan ini Griffiths berencana terbang ke Turki untuk membahas masalah ini dengan Presiden Erdogan dan pejabat terkait lainnya. Mereka juga akan membicarakan prospek Turki untuk menjadi tuan rumah pembicaraan kemanusiaan antara Ukraina dan Rusia.
Baca Juga: Tentara Ukraina di Mariupol Tolak Ultimatum Rusia untuk Meletakkan Senjata
Para pejabat badan bantuan PBB berencana mengirim bantuan kemanusiaan dalam beberapa hari ke depan ke wilayah Donetsk. Selanjutnya bantuan tersebut akan diteruskan ke Luhansk.
Invasi Rusia ke Ukraina dianggap jadi serangan militer terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. Sejak 24 Februari lalu, sudah ada ribuan orang yang tewas dan terluka, termasuk di antaranya adalah warga sipil.
Di saat yang sama, lebih dari 7 juta orang telah menjadi pengungsi. Tidak hanya meninggalkan rumahnya, tapi juga meninggalkan Ukraina.