Sumber: Bloomberg | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Diperkirakan ada lebih dari 170 triliun keping sampah plastik, setara dengan 2 juta ton, yang saat ini mencemari lautan seluruh dunia. Sebagaian besar dari mereka sudah beredar sejak 2004, membuktikan lamanya proses penguraian.
Data tersebut dirilis oleh Dr. Marcus Eriksen dari 5 Gyres Institute, organisasi nirlaba berbasis di California, pada hari Rabu (8/3) di jurnal Plos One.
Mengutip Bloomberg, makalah yang telah diperbarui ini mengandalkan data dari rangkaian sampel yang sangat luas, hampir 12.000 sampel dari lautan di seluruh dunia.
Upaya pencatatan sebelumnya telah dilakukan pada tahun 2014.
Baca Juga: AS Sebut Kelompok Pro Ukraina Melakukan Sabotase Terhadap Pipa Gas Nord Stream
Penelitian Sejak Tahun 1979
Untuk penelitian kali ini, sampel dikumpulkan dengan jaring di lautan berjarak beberapa kilometer. Peneliti kemudian menghitung jumlah rata-rata partikel per kilometer air.
Setelahnya, sistem komputer digunakan untuk menganalisis bagaimana plastik terkonsentrasi saat meninggalkan sungai, garis pantai, dan jalur pelayaran.
Dari sini para peneliti mengekstrapolasi perkiraan item untuk lautan global, kemudian menguji model mereka terhadap konsentrasi dunia nyata.
Melalui proses yang sangat panjang, antara tahun 1979 hingga 2019, sampel yang dikumpulkan mengungkapkan peningkatan plastik laut yang cepat dan belum pernah terjadi sebelumnya sejak tahun 2005.
Baca Juga: Penelitian: Hanya 0,001% Populasi Dunia yang Menghirup Udara Sehat
Dr. Eriksen yang memimpin penelitian ini menyebut ada beberapa faktor yang membuat jumlah sampah plastik meningkat setelah tahun 2005. Mulai dari peningkatan dramatis dalam produksi plastik secara keseluruhan, lebih banyak mikroplastik, serta kurangnya hukum internasional yang menangani polusi laut.
Banyaknya mikroplastik juga merupakan hasil dari sampah plastik tua yang mulai rusak di lautan.
"Sistem sedang kewalahan oleh semua polusi ini. Kita membutuhkan strategi pencegahan dan tidak hanya fokus pada pembersihan dan daur ulang. Kita harus mencari pengganti untuk plastik sekali pakai karena daur ulang tidak berhasil," ungkap Dr. Eriksen.
Dalam penelitian dijelaskan bahwa lautan memasok setengah oksigen di bumi, menyerap lebih dari sepertiga emisi karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil, dan memberi makan miliaran orang.
Sayangnya, sumber kehidupan ini menjadi terancam karena penangkapan ikan berlebihan, pembuangan plastik, dan pengasaman.