Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Bisnis perusahaan keuangan Malaysia masih kinclong. Lihat saja, kinerja CIMB Group Holdings Berhad (CIMB Group). Di sepanjang separuh pertama 2013, salah satu perusahaan terbesar di Negeri Jiran tersebut menorehkan rapor kinerja positif.
Di akhir Juni kemarin, CIMB Group berhasil membukukan laba bersih sebesar RM 2,44 miliar.
Angka tersebut meningkat 15,1% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Pencapaian ini setara dengan laba bersih per saham (EPS) sebesar RM 32,6 sen. Sementara, pendapatan CIMB Group meningkat 12,3% year on year (yoy) menjadi RM 7,39 miliar. Penopangnya adalah kenaikan pendapatan bunga bersih yang tumbuh sebesar 8,1%.
Selanjutnya, pendapatan non-bunga CIMB Group meningkat sebesar 20,1%. Namun, kenaikan ini disumbang oleh penjualan 51% saham CIMB Aviva pada kuartal I 2012 sebesar RM 515 juta. Jika aksi penjualan ini "dibuang", pendapatan non-bunga CIMB Group menurun 2,2%. "Tanpa sumbangan penjualan saham di CIMB Aviva, hasil kinerja terbilang stagnan," ujar Dato Sri Nazir Razak, CEO CIMB Group, mengutip siaran pers yang diterima KONTAN, Senin (26/8).
Nazir mengatakan, kinerja separuh pertama 2013 juga tak lepas dari performa memuaskan perbankan konsumer di Malaysia dan Singapura. Laba kinerja perbankan konsumer di dua negara ini naik 14,7% yoy. Total, laba sebelum pajak CIMB Group dari perbankan konsumer meingkat 12,2% menjadi RM 1,13 juta. Perbankan konsumer menyumbang 41% dari total laba sebelum pajak CIMB Group.
Sementara, kinerja segmen corporate banking di Singapura dan Thailand pun terbilang positif. Kondisi ini mengimbangi penurunan kinerja dari anak usaha CIMB Niaga dan pasar tresuri yang juga melesu. Laba kotor CIMB Group dari segmen kredit korporasi menurun 6,8% menjadi RM 1,41 juta dibandingkan Juni 2012.
Penurunan ini lantaran pendapatan bisnis tresuri merosot 32,3% menjadi RM 509 juta. Biang keladinya yakni melesunya pasar forex, khususnya di Indonesia. “Di masa depan, kami fokus pada pengelolaan risiko terkait volatilitas ekonomi Asia. Kontribusi CIMB Niaga bergantung pada ekonomi Indonesia yang saat ini bergejolak," ujar Nazir.