Reporter: Havid Vebri | Editor: Havid Vebri
MOSKOW. Laos dan Rosatom, BUMN nuklir asal Rusia, saat ini tengah membahas rencana pembangunan dua unit Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Dua unit PLTN yang akan dibangun itu merupakan jenis VVER dengan kapasitas 1000-1200 megawatt (MW).
Hal tersebut dikatakan Menteri Energi dan Pertambangan Laos, Sinava Souphanouvong baru-baru ini. Souphanouvong menambahkan, pada 7 Oktober 2015, Laos akan merayakan hari kemerdekaannya yang ke-55, dan momentum ini bisa diambil untuk menandatangani kesepakatan (MoU) antara Laos dan Rosatom sebagai sebuah komitmen dalam pembangunan energi nuklir.
“Kerjasama ini akan menggunakan pendekatan build operate transfer (BOT), dan ini adalah tawaran yang menarik,” ungkap Souphanouvong dalam keterangan tertulis, Jumat (28/8).
Apabila Laos benar-benar mewujudkan industri energi nuklir untuk pasokan listrik, maka negara ini akan menjadi yang kedua dalam industri nuklir setelah Vietnam di kawasan Asia Tenggara.
Saat ini, Laos merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang unggul dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Terletak di jantung kawasan Indo-China, Laos menjadi pengekspor listrik ke negara-negara tetangga seperti Vietnam, Thailand dan Kamboja.
Sebelumnya, Laos telah menandatangani perjanjian perihal ekspor pasokan listrik ke Vietnam sebesar 5 GW dan Thailand sebesar 10 GW. Pembangunan PLTN ini akan semakin memperkuat posisi Laos sebagai negara pengekspor listrik ke negara-negara tetangga.
Kapasitas pembangkit listrik di negara ini adalah 8 GW. Saat ini ada lebih dari 80 proyek pembangunan pembangkit tenaga listrik baru yang akan dioperasikan dan akan menambah kapasitas listrik di Laos sebesar 22 GW.