Sumber: DW.com,BBC | Editor: Ahmad Febrian
- Obat-obatan dan Vaksin
Sejauh ini belum ada obat-obatan yang benar-benar ampuh melawan Covid-19. Remdesivir menjadi satu-satunya obat farmaka yang menunjukkan keampuhan memperpendek proses penyakit. Walau kini diperebutkan di pasar, obat ini bukan penyembuh ajaib. Obat hanya memperpendek proses penyembuhan beberapa hari pada pasien yang memerlukan tambahan oksigen. Tapi tidak meningkatkan peluangnya untuk tetap hidup.
Para dokter juga menguji coba obat-obatan lain yang sudah eksis di pasaran untuk memerangi virus corona. Misalnya obat anti peradangan Dexamethasone, obat inhibitor polimerase RNA, Avigan serta obat anti malaria hydroxychloroquine. Dua obat pertama belum menunjukkan keampuhan dan keamanannya. Obat ketiga sudah ditolak oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pengembangan vaksin virus corona juga dikebut. Sedikitnya ada 160 kandidat vaksin yang sedang diteliti dalam beragam proyek di seluruh dunia. Ada tiga jenis vaksin, yakni berupa virus yang dilemahkan, virus mati dan vaksin berbasis RNA. Kandidat vaksin jenis ketiga, merupakan wilayah ilmiah baru yang belum pernah dirambah sebelumnya.
WHO melaporkan, ada lima kandidat vaksin yang hingga akhir Juni 2020 sudah memasuki fase pertama uji coba pada manusia di seluruh dunia.
Fase ini menguji keamanan vaksin. Sementara ada 7 kandidat vaksin yang memasuki kombinasi fase satu dan dua, untuk menguji respons kekebalan tubuh. Dan hanya ada satu kandidat vaksin yang sudah memasuki fase ketiga, dengan target menguju efektifitasnya melawan patogen dalam praktek nyata.
Satu lagi vaksin anti TBC yang sudah diberi izin. Namun vaksin BCG ini tidak menarget langsung virus SARS-CoV-2, tapi hanya memperkuat basis kekebalan tubuh bawaan yang sudah ada pada manusia.
Vaksin ini diharapkan sudah masuk ke pasaran akhir tahun ini atau pertengahan tahun depan. Jika kandidat vaksin diijinkan menjadi vaksin, tantangan lainnya adalah memproduksinya dalam jumlah ratusan juta hingga milyaran dosis. Sejumlah industri farmasi sudah menyiapakan diri untuk memproduksinya, walau belum tahu kapan akan memulainya.
- Herd immunity
Apakah kekebalan kelompok atau herd immunity bisa terbentuk dengan cepat? Faktanya semakin banyak orang di seluruh dunia terinfeksi virus corona. Lebih dari 10 juta orang sudah terinfeksi, tapi dibanding 7,8 miliar penduduk bumi, jumlah itu masih terlalu kecil untuk mencapai kekebalan kelompok.
Tambahan lagi, hingga kini belum diketahui apakah kekebalan tubuh terhadap virus corona itu bersifat permanen atau hanya sementara. Tes darah, swab serta PCR sejauh ini hanya menunjukkan, siapa yang mengembangkan antibodi, atau siapa yang sakit parah dan bisa menulari yang lain.