Reporter: Dina Farisah | Editor: Tri Adi
Hanya segelintir orang yang sanggup menyandang predikat miliarder dengan bekerja sebagai pegawai atau profesional. Sheryl Sandberg salah satunya. Kendati bukan pebisnis, Sandberg berhasil mengumpulkan kekayaan US$ 1,12 miliar per Juni 2015. Kekayaan ini diperolehnya selama bekerja sebagai petinggi Facebook dan Google. Sandberg tersohor sebagai salah satu dari segelintir perempuan yang mampu merajai panggung bisnis teknologi yang didominasi kaum adam.
Bertemu dengan orang yang tepat mampu mengubah jalan hidup seseorang. Kisah hidup Sheryl Sandberg membuktikannya. Sandberg adalah satu dari segelintir perempuan yang menyandang status miliarder melalui jenjang karier profesional.
Hitungan Forbes, Sandberg memiliki kekayaan mencapai US$ 1,12 miliar per Juni 2015. Harta berlimpah ini digenggam lewat kepemilikan saham di Facebook. Dia adalah Direktur Operasional (COO) Facebook sejak tahun 2008.
Sandberg mengawali karier gemilangnya di dunia teknologi saat bergabung sebagai eksekutif Google Inc pada tahun 2001 silam. Dengan jabatan strategis Vice President of Global Online Sales & Operations Google, Sandberg mulai mengumpulkan pundi-pundi hartanya.
Kepiawaian Sandberg sebagai petinggi raksasa teknologi berakar dari keluarganya. Terlahir dengan nama panjang Sheryl Sandberg Kara pada 28 Agustus 1969, wanita kelahiran Washington DC, Amerika Serikat ini memiliki darah Yahudi. Ibunya yang bernama Adele, berprofesi sebagai guru bahasa Prancis dan Inggris dan memiliki kepekaan sosial tinggi.
Adele penggagas berdirinya Ear Peace-Save Your Hearing. Sebuah organisasi nirlaba yang mengajarkan remaja bagaimana mencegah gangguan pendengaran. Sementara ayah Sandberg bernama Joel Sandberg, menggeluti profesi sebagai dokter mata.
Layaknya orang Yahudi kebanyakan, keluarga Sandberg memiliki anugerah kecerdasan.Kakak Sandberg merupakan lulusan Harvard University. Sang kakak menggeluti profesi sebagai ahli bedah syaraf pediatrik.
Adik Sandberg pun menekuni bidang kedokteran anak setelah lulus dari Harvard University. Prestasi akademik cemerlang pun berhasil ditorehkan Sandberg. Pada 1991, ibu dua anak ini lulus dari Harvard dengan predikat summa cum laude dan bergelar BA di bidang ekonomi.
Ia menyempurnakan masa studinya dengan menerima gelar John H William Prize di kategori kelulusan siswa terbaik bidang ekonomi. Sandberg juga aktif dalam berorganisasi. Dia mendirikan organisasi bernama Women in Economics and Government.
Kecerdasan Sandberg membawanya bertemu dengan ekonom legendaris Larry Summers. Summers kemudian menjadi mentor sekaligus penasihat tesis Sandberg. Di bawah arahan Summers, Sandberg tidak memerlukan waktu lama untuk menuntaskan tesis.
Pada tahun 1991, ketika Summers menjabat sebagai ekonom World Bank, dia merekrut Sandberg untuk menjadi asisten peneliti di World Bank. Posisi bergengsi tersebut tidak disia-siakan Sandberg. Jabatan strategis itu dilakoni Sandberg dengan tekun.
Ia bekerja selama kurang lebih satu tahun pada proyek-proyek kesehatan di India. Khususnya yang berkaitan dengan penyakit kusta, AIDS dan kebutaan. Kepekaan sosial sang ibu membantu Sandberg melahirkan proyek kesehatan brilian di World Bank.
Selanjutnya, pada tahun 1993, Sandberg mengayuh dunia pendidikannya dengan melanjutkan studi di Harvard Business School. Dua tahun kemudian, wanita cerdas ini berhasil membawa pulang gelar MBA dengan status lulusan terbaik.
Setelah lulus, Sandberg bergabung dengan McKinsey & Company sebagai manajemen konsultan. Setahun berselang, dia keluar dari perusahaan tersebut. Sebab, Sandberg bertemu dan diajak oleh mantan dosennya menjadi staf kenegaraan bidang kebendaharaan di era Presiden Bill Clinton.
Di White House, insting ekonomi Sandberg terasah karena terlibat aktif menangani masalah krisis keuangan yang kala itu melanda benua Asia.
(Bersambung)