Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perusahaan yang ingin melakukan penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO) di Amerika Serikat kemungkinan bakal mengalami kendala. Proses IPO berpotensi terhambat bila pemerintah AS terpaksa menghentikan operasional karena pembahasan soal batas utang masih mandeg.
Sebelum ini, legislatif AS berhasil menyepakati perpanjangan pembahasan anggaran hingga 17 November. Bila sampai tanggal tersebut pemerintah AS belum bisa menyusun anggaran baru, maka shutdown akan terjadi.
Shutdown biasanya akan mengganggu operasional Securities & Comission Exchange (SEC), lantaran staf yang bertugas jadi lebih sedikit. Alhasil, pemrosesan dokumen IPO bakal terhambat.
Baca Juga: Menanti Momentum di Pasar Keuangan, RedDoorz Berencana IPO di Tahun 2027
Ini pernah terjadi pada 2018-2019 silam. Saat itu pemerintah AS shutdown selama 35 hari, periode shutdown terlama. Di periode ini, tidak ada perusahaan yang mendapat izin IPO.
Kendati SEC tetap membuka pendaftaran secara elektronik, dalam waktu normal, regulator membutuhkan sekitar 60 hari untuk meninjau dan mengomentari rancangan awal dokumen IPO, informasi keuangan, dan revisi selanjutnya. Bloomberg menulis, jarang hanya ada satu revisi..
Dalam waktu normal, biasanya diperlukan waktu sekitar 60 hari bagi SEC untuk meninjau dan mengomentari rancangan awal dokumen IPO, informasi keuangan, dan revisi selanjutnya. Namun, Bloomberg menulis, jarang hanya ada satu revisi.
Ini artinya setiap perusahaan yang mengajukan IPO menjelang akhir Oktober mengalami kendala apalagi mendekati tanggal 17 November akan terjadi shutdown.
Pasar IPO di AS sangat sepi di sepanjang tahun 2023. Pasar IPO AS mulai menunjukkan tanda-tanda pembukaan pada bulan lalu. Namun kini, perusahaan yang ingin IPO tahun ini harus memilih menyelesaikan transaksi dalam satu setengah bulan ke depan atau menunggu lebih lama lagi.
Birkenstock Holding Plc, pembuat alas kaki, pada Senin pekan lalu baru roadshow untuk menawarkan saham perdana dengan target dana US$ 1,6 miliar. Birkenstock adalah satu dari sekitar selusin kandidat IPO kuartal IV, selain itu ada perusahaan bisnis berbagi mobil, Turo Inc.
Baca Juga: Banyak Peminat, IPO Barito Renewables Energy (BREN) Oversubscribed 135,2 Kali
Pada September, terdapat tiga IPO besar seperti Arm Holdings Plc, perancang chip, Maplebear Inc, induk dari perusahaan pengiriman bahan makanan Instacart, dan Klaviyo Inc, penyedia pemasaran dan otomatisasi data. Transaksi tersebut membantu meningkatkan volume IPO AS tahun ini menjadi US$ 21,6 miliar. Namun IPO tercatat di tahun 2023 jauh tertinggal dari tahun 2021 dimana kala itu nilai IPO lebih dari US$ 265 miliar.
Ketidakpastian pasar saham AS membuat sejumlah perusahaan memilih untuk menunda rencana IPO. "Bagi beberapa perusahaan, mungkin lebih masuk akal untuk menunggu," kata Richard Truesdell Jr., partner firma hukum Davis Polk & Wardwell seperti dikutip Bloomberg.
Perusahaan perangkat lunak sebagai layanan keamanan siber, Rubrik Inc menunda pengajuan IPO. Awalnya, orang-orang yang mengetahui situasi tersebut mengatakan, Rubrik dijadwalkan untuk mengumumkan rencana IPO pada Selasa pekan lalu tapi ditunda sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Kati Penney, pimpinan transaksi korporat CrossCountry Consulting seperti dikutip Bloomberg menyebut, perusahaan memang dipaksa untuk lebih berhati-hati mengenai risiko shutdown pemerintah AS. "Perusahaan-perusahaan menghadapi berbagai risiko lain. Perusahaan juga harus lebih banyak perencanaan darurat dan kini ada potensi penutupan kegiatan pemerintah," kata Penney.
Tidak hanya IPO pada kuartal keempat yang akan terpengaruh, namun perusahaan yang akan IPO pada Januari 2024 juga bisa merasakan dampak buruknya.
Baca Juga: Listing Senin (9/10), IPO Pulau Subur (PTPS) Oversubscribed 19,53 Kali