Sumber: Bloomberg | Editor: Hendra Gunawan
MOSKOW. Ambisi China Petroleum & Chemical Corp menguasai produsen minyak Kazakhstan, Caspian Investments Resources Ltd akhirnya terwujud. Raksasa minyak asal China itu merampungkan transaksi pembelian sekitar 50% saham Caspian seharga US$ 1,09 miliar.
China Petroleum & Chemical atau yang lebih populer disebut Sinopec membeli saham Caspian dari tangan Lukoil PJSC. Pasca transaksi Sinopec menguasai penuh saham Caspian.
Sebelumnya, Sinopec telah menguasai 50% saham Caspian sejak tahun 2010. "Penjualan Caspian telah disetujui regulator Kazakhstan di akhir Juli," sebut manajemen Lukoil seperti dilansir Bloomberg, Jumat (21/8).
Sejatinya, proses transaksi jual beli antara Sinopec dan Lukoil berlarut-larut dan berpotensi batal. Padahal, kedua belah pihak sepakat meneken perjanjian sejak April 2014.
Kendati melalui proses panjang, Sinopec akhirnya meraih untung lantaran harga pembelian Caspian lebih rendah dari perjanjian awal yang dipatok sebesar US$ 1,2 miliar pada April 2014. "Selesainya transaksi ini merupakan keberuntungan bagi Lukoil dan Sinopec di saat prospek ekonomi China memburuk," ujar Maxim Moshkov, analis UBS Group AG di Moskow.
Pembelian Caspian sempat terhenti lantaran produsen minyak Rusia menuduh Sinopec melanggar aturan main bisnis kawasan di Februari tahun ini. Sinopec ngotot menguasai Caspian sebagai bagian dari rencana Pemerintah China mendiversifikasi aset energi yang terletak di luar China.
Riset Moody’s Corp melaporkan, Caspian memiliki cadangan minyak dan gas sebanyak 200 juta barel. Caspian memiliki lima ladang minyak dan gas di Kazakhstan. Tahun lalu, Caspian memproduksi 4,3 juta ton minyak dan 1,5 miliar kubik meter gas.
Akuisisi tersebut menjadi sentimen positif bagi kinerja Sinopec yang sedang jeblok. Sepanjang kuartal I tahun ini, laba bersih Sinopec anjlok 84,6% menjadi CNY 2,17 miliar dari periode sama tahun sebelumnya, CNY 14,1 miliar. Tapi, Sinopec berhasil menekan beban operasional sebesar 23%.
Di tengah penurunan harga minyak, Sinopec memangkas produksi sebanyak 1% menjadi 117,8 juta barel. Kinerja buruk diperparah kasus korupsi yang menyeret petinggi Sinopec pada Mei 2015.