Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pasar saham Amerika Serikat (AS) melemah pada Senin (13/1), dengan indeks S&P 500 mencapai level terendah dalam dua bulan.
Penurunan ini terjadi setelah imbal hasil obligasi melonjak akibat data tenaga kerja yang kuat pekan lalu, meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan sikap hawkish sepanjang tahun ini.
Pada pukul 09:50 pagi waktu setempat, indeks Dow Jones Industrial Average naik 105,06 poin atau 0,25% menjadi 42.043,51.
Sementara S&P 500 turun 40,79 poin atau 0,70% menjadi 5.786,25, dan Nasdaq Composite melemah 274,13 poin atau 1,43% menjadi 18.887,50.
Baca Juga: Wall Street Melemah pada Senin (13/1), Laju Penurunan Suku Bunga Diramal Melambat
Indeks volatilitas pasar Wall Street, sering disebut sebagai "fear gauge," naik 1,60 poin ke level tertinggi dalam lebih dari tiga minggu.
Indeks Russell 2000, yang lebih sensitif terhadap aktivitas domestik, turun 1% ke level terendah sejak September 2024, memperpanjang penurunannya setelah masuk ke wilayah koreksi pada Jumat lalu, yakni turun lebih dari 10% dari rekor intraday-nya pada November.
Imbal hasil obligasi jangka panjang AS tetap berada di level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir, menekan harga saham.
Berdasarkan data LSEG, investor bahkan tidak sepenuhnya memperkirakan adanya pemotongan suku bunga The Fed tahun ini, turun dari ekspektasi 43 basis poin sebelum data pekerjaan dirilis menjadi hanya 27 bps hingga pertemuan Desember mendatang.
“Dalam tahap awal penyesuaian kebijakan moneter, investor cenderung mengambil sikap yang lebih berhati-hati,” kata Art Hogan, Kepala Strategi Pasar di B Riley Wealth.
Namun, ia menambahkan, “Data ekonomi yang positif pada akhirnya akan menjadi hal yang baik bagi pendapatan perusahaan dan pasar.”
Baca Juga: Asing Banyak Menadah Saham-Saham Ini Saat IHSG Merosot Tajam di Awal Pekan
Penurunan Sektor Teknologi dan Saham Chip
Lima dari sebelas sektor di S&P 500 melemah, dipimpin oleh penurunan 1,8% di sektor teknologi. Saham megacaps juga turun, dengan Tesla melemah 2%, Apple turun 2,7%, dan Alphabet kehilangan 1,5%.
Saham chip seperti Nvidia dan Advanced Micro Devices (AMD) juga tertekan setelah pemerintah AS mengumumkan pembatasan baru pada ekspor teknologi dan chip berbasis kecerdasan buatan. Nvidia turun 3,3% dann AMD melemah 1%.
Moderna mencatat penurunan tajam sebesar 22%, menjadi yang terburuk di S&P 500, setelah memangkas proyeksi penjualan 2025 sebesar $1 miliar.
Di sisi lain, sektor kesehatan mencatatkan penguatan, dengan UnitedHealth Group naik 3,6%, CVS Health bertambah 4,1%, dan Humana melonjak 5,9%.
Baca Juga: Bitcoin Semakin Sulit Ditambang, Siapa yang Akan Bertahan di Tengah Persaingan Ketat?
Kenaikan ini terjadi setelah pemerintah AS mengusulkan kenaikan 2,2% pada tarif penggantian Medicare Advantage 2026.
Investor akan mencermati data Indeks Harga Konsumen (CPI) dan laporan Beige Book dari The Fed yang akan dirilis Rabu (15/1) mendatang untuk menentukan arah kebijakan moneter.
Selain itu, perhatian pasar juga tertuju pada laporan kinerja bank besar seperti JPMorgan Chase & Co dan Wells Fargo, yang dijadwalkan rilis pada Rabu.
Pada perdagangan hari ini, di Bursa Efek New York (NYSE), jumlah saham yang melemah lebih banyak daripada yang naik dengan rasio 1,96:1. Sementara di Nasdaq, rasio tersebut mencapai 2,57:1.
Indeks S&P 500 mencatatkan satu rekor tertinggi baru dalam 52 minggu, namun terdapat 22 level terendah baru. Sementara itu, Nasdaq mencatatkan 11 level tertinggi baru, namun diikuti oleh 149 level terendah baru.