Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Dollar melonjak terhadap semua mata uang yang lain pada Kamis (19/3). Ini terjadi setelah langkah stimulus yang dilakukan oleh bank sentral di Eropa, Jepang, Amerika Serikat dan Australia gagal meenghentikan gelombang aksi panik jual.
"Tidak ada pembeli, tidak ada banyak yang punya likuiditas dan semua orang memilih keluar," kata Chris Weston, Kepala Riset Piala Melbourne Pepperstone seperti dikutip Reuters. Saham, obligasi, emas, dan komoditas jatuh lantaran dunia berjuang untuk menahan virus corona dan membutuhkan dana tunai.
"Kami hidup dalam masa yang luar biasa dan menantang," kata Gubernur Reserve Bank of Australia Philip Lowe dalam pidato yang disiarkan di seluruh negeri. Dolar Australia yang sensitif terhadap pertumbuhan hancur 3% ke level terendah 17 tahun dan telah jatuh lebih dari 20% tahun ini.
Dolar Australia yang sensitif terhadap pertumbuhan hancur 3% ke level terendah 17 tahun dan telah jatuh lebih dari 20% tahun ini.
Reserve Bank of Australia memangkas suku bunga ke rekor terendah 0,25% dan mengumumkan pelonggaran kuantitatif. Tak hanya itu, ECB juga berjanji untuk membeli € 750 miliar obligasi hingga 2020 menawarkan beberapa stimulus
Baca Juga: Ini investasi yang bisa dilirik saat ekonomi global terguncang virus corona
Tak mau ketinggalan, Federal Reserve AS juga menjanjikan fasilitas likuiditas untuk reksadana pasar uang, sementara Bank of Japan melakukan dua pembelian obligasi yang tidak terjadwal berjumlah ¥ 1,3 triliun.
Tetapi langkah-langkah stimulus besar-besaran bank sentral di seluruh dunia tidak menghasilkan efek yang positif bagi pasar modal. "Kami berada dalam fase ini di mana investor hanya ingin melikuidasi posisi mereka," kata Prashant Newnaha, ahli strategi tingkat bunga senior di TD Securities di Singapura.
Bahkan kalau Daniel Cuthbertson, Direktur Pelaksana Value Point Asset Management di Sydney seperti dikutip Reuters menyebut, sampai ini masih dalam kontraksi global sehingga pasar bergerak tanpa arah.
Baca Juga: Morgan Stanley prediksi dunia masuki resesi pada semester I 2020
Ekonom JP Morgan bahkan meramalkan ekonomi AS menyusut 14% pada kuartal berikutnya, dan ekonomi Cina turun lebih dari 40% pada basis tahunan di saat ini. "Tidak ada lagi keraguan ekspansi global panjang akan berakhir pada kuartal ini," kata mereka dalam sebuah catatan. Masalah saat ini adalah mengukur kedalaman dan durasi resesi 2020.