CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Studi baru: 2 dosis vaksin COVID-19 kurang efektif bagi orang dengan kekebalan lemah


Senin, 04 Oktober 2021 / 23:25 WIB
Studi baru: 2 dosis vaksin COVID-19 kurang efektif bagi orang dengan kekebalan lemah


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - MILAN. Dua dosisi vaksin COVID-19 kurang efektif bagi orang dengan sistem kekebalan yang lemah, tiga penelitian kecil di Italia menunjukkan.

Menurut para peneliti, studi tersebut menyoroti kebutuhan untuk menggunakan booster vaksin COVID-19 untuk kelompok orang yang rentan itu.

Melansir Reuters, studi tersebut memperlihatkan, rata-rata 30% pasien immunocompromised tidak mengembangkan kekebalan terhadap virus setelah vaksinasi.

Sisanya 70% merespons vaksin, terutama setelah dosis kedua, tetapi pada tingkat yang lebih rendah dibanding orang sehat, Rumahsakit Bambino Gesu di Roma, yang melakukan tiga penelitian kecil, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin (4/10).

Penelitian dilakukan di antara kelompok 21 pasien dengan penyakit defisiensi imun primer, 34 anak-anak dan dewasa muda yang menjalani transplantasi jantung dan paru-paru, serta 45 orang muda dengan transplantasi hati dan ginjal.

Baca Juga: 3 Faktor yang meningkatkan risiko long covid, Anda mesti mengenali

Hasil menunjukkan, perlunya meningkatkan perlindungan orang yang paling rentan terpapar COVID-19 dengan booster vaksin, menurut Rumahsakit Bambino Gesu .

"Hasil penelitian kami menunjukkan, sangat penting untuk melindungi kategori yang paling rapuh dengan memberikan dosis ketiga vaksin, mengkalibrasi dosis atau menggunakan formulasi vaksin adjuvant baru yang mampu meningkatkan respons imun terhadap virus dan mempertahankannya dari waktu ke waktu," kata Profesor Paolo Palma, Kepala Imunologi dan Vaksinologi Klinis di Rumahsakit Bambino Gesu.

Respons serologis terhadap vaksin, yang menunjukkan jumlah antibodi yang ada dalam darah, dan respons seluler keberadaan limfosit T spesifik SARS-CoV-2 dianalisis dalam ketiga penelitian itu.

Data kemudian dibandingkan dengan kelompok orang sehat, yang menerima vaksinasi COVID-19 selama periode yang sama.

Selanjutnya: 3 Tempat berpotensi tinggi penularan virus corona, mengacu Satgas COVID-19



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×