kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45938,20   9,85   1.06%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Subpakta nuklir Australia: Dapat dukungan Filipina, ditentang Korea Utara


Rabu, 22 September 2021 / 06:13 WIB
Subpakta nuklir Australia: Dapat dukungan Filipina, ditentang Korea Utara
ILUSTRASI. Filipina mendukung kemitraan pertahanan baru antara Amerika Serikat, Inggris dan Australia.


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - MANILA. Filipina mendukung kemitraan pertahanan baru antara Amerika Serikat, Inggris dan Australia. Filipina berharap, hal ini dapat menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik. Pandangan negara ini sangat kontras dengan beberapa tetangganya.

Melansir Reuters, dikenal sebagai AUKUS, aliansi tersebut akan membuat Australia mendapatkan teknologi untuk menyebarkan kapal selam bertenaga nuklir sebagai bagian dari perjanjian yang dimaksudkan untuk menanggapi pertumbuhan kekuatan China.

“Peningkatan kemampuan sekutu dekat luar negeri untuk memproyeksikan kekuatan harus memulihkan dan menjaga keseimbangan daripada mengacaukannya,” jelas Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa.

Pernyataan Locsin, tertanggal 19 September, berbeda dengan sikap Indonesia dan Malaysia, yang membunyikan alarm tentang kapal selam tenaga nuklir di tengah persaingan negara adidaya yang berkembang di Asia Tenggara.

Baca Juga: Keberadaan AUKUS mempertajam perpecahan AS-Uni Eropa

Locsin mengatakan bahwa tanpa kehadiran senjata nuklir yang sebenarnya, langkah AUKUS tidak akan melanggar perjanjian 1995 untuk menjauhkan senjata nuklir dari Asia Tenggara.

Laut China Selatan terus menjadi sumber ketegangan, di mana Amerika Serikat dan sekutu Barat secara teratur melakukan operasi "kebebasan navigasi" yang ditanggapi China dengan kemarahan.

China melihat aksi negara-negara barat sebagai campur tangan luar di perairan yang diklaimnya sebagai miliknya, dalam konflik dengan negara-negara pantai lainnya, seperti Filipina dan Vietnam.

Baca Juga: Punya manfaat signifikan, Indonesia serukan penggunaan nuklir untuk tujuan damai

Periode pemulihan hubungan yang singkat hampir berakhir tahun ini, di mana Filipina marah tentang kehadiran "mengancam" ratusan "milisi maritim" China di dalam zona ekonomi eksklusifnya.

"Kedekatan melahirkan singkatnya waktu respons; dengan demikian meningkatkan kapasitas militer teman dekat dan sekutu ASEAN untuk menanggapi ancaman terhadap kawasan atau menantang status quo," tambah Locsin, tanpa merinci ancaman yang dimaksud.

“Hal ini membutuhkan peningkatan kemampuan Australia, ditambah dengan sekutu militer utamanya, untuk mencapai kalibrasi itu,” tambahnya.




TERBARU

[X]
×