Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Sandy Baskoro
PARIS. Untuk pertama kali, Patrick Drahi masuk dalam daftar orang terkaya di dunia pada tahun ini. Pengusaha telekomunikasi asal Prancis ini langsung duduk di peringkat ke-150 orang kaya dunia versi Forbes, per 5 Mei 2014. Nilai kekayaan bersih Drahi ditaksir mencapai US$ 8,7 miliar yang setara Rp 100 triliun!
Nama Drahi menjadi buah bibir setelah tahun ini sukses mengantarkan Altice SA, perusahaan telekomunikasi yang dia dirikan, mencatatkan saham perdana (IPO) di bursa Amsterdam dengan menghimpun dana US$ 1,8 miliar.
Euroweek bahkan menyebutkan sebagian besar keberhasilan IPO Altice benar-benar ditentukan oleh tangan dingin Drahi. Investor rela antre untuk bertemu dengan Drahi dan tim manajemennya. Dalam pertemuan tersebut, pria berusia 50 tahun ini berhasil menyakinkan para investor untuk berinvestasi di perusahaannya. Dia pun berhasil mengumpulkan sejumlah dana besar yang sekaligus mengubah Altice menjadi perusahaan telekomunikasi konglomerasi di kawasan Eropa.
Namun, keberhasilan Drahi tidak serta merta ditentukan hanya dalam satu momentum IPO. Jauh sebelum itu, dia terlebih dulu harus melewati serangkaian proses dalam karir bisnisnya hingga kelak mampu mendirikan perusahaan telekomunikasi multinasional. Sebagai seorang pebisnis, ada satu prinsip yang terus dia pegang dalam membangun perusahaan, yakni mengikuti mantra klasik: "Beli saat harga murah, dan jual ketika harganya tinggi."
Drahi memulai karir profesional di Philips Group pada tahun 1988. Di perusahaan ini, dia bertugas sebagai tenaga pemasar intenasional di divisi satelit dan TV kabel di beberapa negara seperti Inggris, Irlandia, negara Skandinavia dan kawasan Asia.
Tiga tahun kemudian, dia bergabung dengan Kinnevik-Millisat. Di tempat barunya, Drahi mendapatkan tugas untuk mengembangkan jaringan kabel pribadi di Spanyol dan Prancis. Pria berdarah Yahudi-Prancis ini juga ikut dalam peluncuran stasiun TV komersial di Eropa Timur.
Setelah makan asam garam di perusahaan milik orang lain, Drahi mulai membangun mimpinya. Pada tahun 1993, dia membangun perusahaan konsultansi khusus dalam bidang telekomunikasi dan media bernama CMA. Perusahaan ini pernah mendapatkan penghargaan dari BCTV untuk implementasi layanan kabel jaringan di Beijing.
Mengikuti keberhasilan CMA, Drahi pun kemudian membangun dua perusahaan kabel bernama Sud Cˆable Services pada 1994 dan M´ediar´eseaux pada 1995. Namun perusahaan kabel tersebut tidak bertumbuh seperti harapannya. M´ediar´eseaux pun diambilalih oleh UPC, perusahaan kabel raksasa asal Amerika Serikat, pada akhir tahun 1999, dimana saat itu internet mulai booming.
Kegagalan mengembangkan perusahaan kabel tak mematahkan semangat Drahi. Titik balik bagi Drahi terjadi pada tahun 2002, dimana dia mulai membangun Altice. Pria satu istri dan empat anak ini membangun Altice melalui akuisisi 20 perusahaan kabel dan operator seluler yang dibeli ketika harganya murah. Berbagai perusahaan yang dia akuisisi berasal dari berbagai negara seperti Prancis, Belgia, Israel, Portugal dan Republik Dominika.
Altice merupakan perusahaan kabel dan telekomunikasi yang berada di berbagai negara seperti Perancis, Israel, Belgia dan Luksemburg, Portugal, Prancis bagian Barat, Republik Dominika serta dan Swiss. Altice menyediakan kabel untuk layanan televisi berbayar, internet berkecepatan tinggi dan jalur telepon. Bahkan di beberapa negara, Altice menyediakan layanan telepon seluler untuk pasar ritel dan korporasi. (Bersambung)