Sumber: Bloomberg |
SINGAPURA. Harga minyak mentah kembali turun. Hal ini merupakan pertanda melambatnya permintaan bahan bakar setelah Departemen Energi Amerika Serikat (AS) menunjukkan adanya peningkatan cadangan persediaan bensin yang mengejutkan.
Minggu lalu laporan yang sama menyebutkan suplai bensin di negara pengguna energi terbesar di dunia itu (AS-red) meningkat 1,12 juta barel menjadi 196,1 juta barel. Padahal sebelumnya menurut nilai median hasil survey Bloomberg terhadap 14 analis, suplai ini diprediksikan akan menurun sebesar 650.000 barel. Sementara itu ketersediaan minyak mentah dan hasil penyulingan bahan bakar, juga menunjukkan grafik yang menaik.
"Harga minyak yang kian murah nyatanya tidak memulihkan permintaan," kata Tetsu Emori, fund manager Astmax Ltd. di Tokyo. Ia menambahkan, "Itu sebabnya, cadangan kian menumpuk."
Harga minyak mentah untuk pengiriman Desember terjun 95 sen atau sekitar 1,5% menjadi US$ 64,35 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Harga itu diperdagangkan US$ 64,53 per barel pada pukul 11.25 waktu Singapura.
Harga minyak saat ini sudah lingsir 56% sejak menyentuh level tertingginya sebesar US$ 147,27 pada 11 Juli 2008 lalu. Sementara kalau kita bandingkan harganya dengan periode yang sama tahun lalu, sudah menyusut 33%.
Kemarin, kontrak berjangka terjungkal US$ 5,23, atau setara dengan 7,4% menjadi US$ 65,30 per barel, penurunan yang paling besar sejak 10 Oktober 2008 lalu.
Cadangan hasil penyulingan naik 1,2 juta barel menjadi 127,8 juta barel minggu lalu. Para analis meramalkan, suplai bisa menggemuk sebanyak 1,55 juta barel.
Penyulingan di AS mengoperasikan 85,3% dari kapasitas yang ada, turun 1% dibandingkan tahun yang lalu. Penyulingan di Jepang maupun Korea Selatan juga membatasi produksinya.
Permintaan minyak juga menurun lantaran penyusutan perekonomian AS akan terus berlanjut. Apalagi, sejumlah perusahaan di AS memangkas 157.000 karyawannya di bulan Oktober.
Sementara itu, minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Desember juga anjlok 85 sen atau 1,4% menjadi US$ 61,02 per barel di ICE Futures Europe Exchange di London.
Minggu lalu laporan yang sama menyebutkan suplai bensin di negara pengguna energi terbesar di dunia itu (AS-red) meningkat 1,12 juta barel menjadi 196,1 juta barel. Padahal sebelumnya menurut nilai median hasil survey Bloomberg terhadap 14 analis, suplai ini diprediksikan akan menurun sebesar 650.000 barel. Sementara itu ketersediaan minyak mentah dan hasil penyulingan bahan bakar, juga menunjukkan grafik yang menaik.
"Harga minyak yang kian murah nyatanya tidak memulihkan permintaan," kata Tetsu Emori, fund manager Astmax Ltd. di Tokyo. Ia menambahkan, "Itu sebabnya, cadangan kian menumpuk."
Harga minyak mentah untuk pengiriman Desember terjun 95 sen atau sekitar 1,5% menjadi US$ 64,35 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Harga itu diperdagangkan US$ 64,53 per barel pada pukul 11.25 waktu Singapura.
Harga minyak saat ini sudah lingsir 56% sejak menyentuh level tertingginya sebesar US$ 147,27 pada 11 Juli 2008 lalu. Sementara kalau kita bandingkan harganya dengan periode yang sama tahun lalu, sudah menyusut 33%.
Kemarin, kontrak berjangka terjungkal US$ 5,23, atau setara dengan 7,4% menjadi US$ 65,30 per barel, penurunan yang paling besar sejak 10 Oktober 2008 lalu.
Cadangan hasil penyulingan naik 1,2 juta barel menjadi 127,8 juta barel minggu lalu. Para analis meramalkan, suplai bisa menggemuk sebanyak 1,55 juta barel.
Penyulingan di AS mengoperasikan 85,3% dari kapasitas yang ada, turun 1% dibandingkan tahun yang lalu. Penyulingan di Jepang maupun Korea Selatan juga membatasi produksinya.
Permintaan minyak juga menurun lantaran penyusutan perekonomian AS akan terus berlanjut. Apalagi, sejumlah perusahaan di AS memangkas 157.000 karyawannya di bulan Oktober.
Sementara itu, minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Desember juga anjlok 85 sen atau 1,4% menjadi US$ 61,02 per barel di ICE Futures Europe Exchange di London.
Berita Terkait
Internasional
Harga Minyak Dunia Kembali Melandai, US$ 68,45 per Barel
Internasional