Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Uji Agung Santosa
BEIJING. Liburan Tahun Baru Imlek membawa berkah bagi perdagangan China. Setelah sempat melemah di awal tahun, ekspor China di bulan Februari 2015 melonjak 48,3% dari periode yang sama tahun lalu. Angka tersebut jauh melebihi ekspektasi pasar yang hanya sebesar 13,3%.
Menurut data yang dilaporkan oleh Administrasi Umum Bea Cukai China, nilai ekspor pada dua bulan pertama tembus 1,04 triliun yuan atau sekitar US$ 169,11 miliar.
Namun, walaupun kinerja ekspor kinclong, ekonomi China masih berpotensi melambat karena permintaan lokal melorot. "Ini adalah jumlah ekspor yang baik tetapi kami tidak bisa mengatakan ini merupakan bantuan besar bagi perekonomian," ujar Andrew Polk, ekonom The Conference Board yang dikutip The Wall Street Journal.
Berbanding terbalik dengan ekspor, nilai impor China malah menyusut 20,5% secara year on year (yoy) di Februari 2015 menjadi 666,1 miliar yuan. Ini melebihi penurunan Januari 2015 yang hanya 19,9%.
Pasar memperkirakan, impor China melemah 10% di bulan lalu. Alhasil, surplus neraca dagang China di Februari meningkat menjadi 370,5 miliar yuan. Pelemahan impor disebabkan penurunan tajam harga komoditas utama, seperti minyak dan logam.
Secara nilai, impor minyak mentah turun 46%. Namun, secara volume impor minyak China malah naik 11%. Begitu juga dengan nilai impor bijih besi anjlok 39%, meski volumenya naik 11%.
Target pertumbuhan Gao Hucheng, Menteri Perdagangan China yakin bahwa Pemerintah mampu mencapai target pertumbuhan ekspor impor sebesar 6% di tahun ini. Berdasarkan indikasi awal, pencapaian di bulan Maret ini merupakan perbaikan dari bulan Februari lalu.
Namun, analis mengingatkan bahwa angka perdagangan di Februari terdistorsi oleh sejumlah faktor. Salah satunya adalah perbandingan dengan metode perhitungan tahun lalu ketika pihak berwenang menindak adanya penipuan ekspor.
Faktor lainnya adalah perbedaan liburan Tahun Baru Imlek. Di tahun lalu, musim liburan terjadi di akhir Januari. Sedangkan, di 2015, Tahun Baru Imlek dirayakan pada pertengahan Februari. "Kami masih melihat pukulan kuat terhadap ekspor China di tahun ini," tulis Li Gang Liu dan Hao Zhou, ekonom ANZ dalam sebuah catatan dengan klien.
Tahun ini, Pemerintah China menetapkan target pertumbuhan sebesar 7%. Pada 2014, ekonomi China hanya tumbuh 7,4%, terlemah dalam 24 tahun terakhir. Para pembuat kebijakan menggunakan berbagai langkah untuk mendorong pertumbuhan.
Misalnya keringanan pajak, percepatan proyek dan peningkatan belanja infrastruktur seperti membangun kereta bawah tanah. Bulan lalu, Bank Sentral China memangkas suku bunga acuan untuk kedua kalinya dalam empat bulan untuk menggenjot perekonomian. Harapannya, pelaku bisnis menaikkan anggaran belanja modalnya.