Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Kabinet Taiwan telah mengajukan proposal peningkatan anggaran pertahanan untuk tahun 2023 demi memperkuat diri di tengah ketegangan dengan China. Pemerintah berharap bisa mendapat kenaikan hingga 12,9%.
Selain nilai anggaran itu, kabinet Presiden Tsai Ing Wen juga mengusulkan tambahan T$108,3 miliar untuk pengadaan jet tempur baru beserta peralatan pendukung lainnya.
Proposal yang diajukan pada Kamis (25/8) ini masih harus disetujui oleh parlemen sebelum disahkan. Secara nominal, permintaan ini menjadi yang tertinggi dalam enam tahun terakhir.
Baca Juga: Taiwan Pamerkan Kemampuan Sistem Anti-Pesawat, Siap Bekerja 24 Jam Sehari
Jika disetujui, anggaran pertahanan Taiwan untuk tahun 2023 akan menjadi T$415,1 miliar, atau sekitar US$13,72 miliar.
Mengutip Reuters, Taiwan tahun lalu mengumumkan anggaran pertahanan tambahan sebesar US$8,69 pada tahun 2026. Sebagian besar untuk pengadaan senjata angkatan laut, termasuk rudal dan kapal perang.
Presiden Tsai dalam beberapa tahun terakhir juga menjadikan modernisasi angkatan bersenjata sebagai prioritas pemerintahannya. Kemampuan pertahanan Taiwan saat ini diakui telah dipersenjatai dengan baik, tapi tetap terlihat kerdil dibanding milik China.
China, yang melihat Taiwan sebagai wilayah separatis, masih belum menghapus opsi penggunaan kekuatan militer untuk membawa kembali pulau tersebut ke dalam pemerintahannya.
Baca Juga: Tsai Ingatkan Taiwan Pernah Kalahkan Militer China dan Bertekad Mempertahankannya
Di lain pihak, Taiwan secara tegas menolak klaim China dengan mengatakan bahwa tetangganya itu tidak pernah memerintah mereka. Bagi Taiwan, hanya rakyatnya yang bisa memutuskan masa depannya sendiri.
Ketegangan antara kedua negara kembali memuncak awal bulan ini ketika Ketua DPR AS Nancy Pelosi berkunjung ke Taipei. China melihat kunjungan tersebut sebagai dukungan nyata AS atas berdirinya wilayah separatis.
Tak lama setelahnya, China merespons dengan menggelar latihan militer skala besar di sekitar wilayah Taiwan selama lebih dari satu minggu. Setelah itu, sederet latihan terus terjadi dan oleh Taiwan dianggap sebagai persiapan invasi.