Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Kementerian Pertahanan Taiwan mengungkapkan bahwa pada hari Minggu (3/11/2024), mereka mendeteksi 35 pesawat militer China, termasuk pesawat tempur dan pembom, yang terbang ke arah selatan pulau itu untuk melakukan latihan di Pasifik.
Ini adalah hari kedua berturut-turut Taiwan melaporkan aktivitas militer semacam itu.
China menganggap Taiwan, yang dipimpin secara demokratis, sebagai bagian dari wilayahnya, meskipun ada penolakan tegas dari pemerintah Taipei.
Baca Juga: Taiwan Mendeteksi 41 Pesawat Militer China di Sekitar Wilayahnya
Negara tersebut secara rutin mengirimkan pesawat militer ke wilayah udara dan perairan dekat Taiwan sebagai upaya untuk menegaskan klaim kedaulatannya.
Kementerian Pertahanan China belum memberikan tanggapan terkait misi yang dilakukan, yang terjadi beberapa hari sebelum pemilihan presiden AS yang dijadwalkan berlangsung pada hari Selasa.
Amerika Serikat, yang terikat oleh hukum untuk membantu Taiwan dalam mempertahankan diri, telah meningkatkan penjualan senjata ke Taipei. Salah satunya adalah sistem rudal senilai US$ 2 miliar yang diumumkan bulan lalu, yang memicu kemarahan Beijing.
Sejak pukul 9 pagi waktu setempat pada hari Minggu, Kementerian Pertahanan Taiwan mendeteksi total 37 pesawat militer China, termasuk jet tempur J-16, pesawat pengebom H-6 berkemampuan nuklir, dan pesawat nirawak.
Baca Juga: Taiwan Kerek Anggaran Pertahanan 7,7% pada 2025 di Tengah Ancaman Militer China
Dari jumlah tersebut, 35 pesawat terbang ke arah barat daya, selatan, dan tenggara Taiwan menuju Pasifik Barat untuk melakukan pelatihan jarak jauh. Kementerian tersebut menambahkan bahwa mereka telah mengerahkan pasukan untuk menjaga situasi.
Pada hari Sabtu, Kementerian Pertahanan Taiwan juga menyatakan bahwa China telah melaksanakan "patroli kesiapan tempur gabungan" dengan kapal perang dan pesawat di dekat wilayah Taiwan.
Sebelumnya, bulan lalu, China menggelar latihan perang besar-besaran di sekitar Taiwan, yang dinyatakan sebagai peringatan terhadap "tindakan separatis", dan mendapat kecaman dari pemerintah Taiwan dan AS.
Baca Juga: Taiwan: 14 Pesawat Militer China Melewati Garis Tengah yang Sensitif
Beijing menunjukkan ketidakpuasan terhadap Presiden Taiwan Lai Ching-te, yang mulai menjabat pada bulan Mei, dengan menyebutnya sebagai seorang "separatis".
Lai menegaskan bahwa hanya rakyat Taiwan yang memiliki hak untuk menentukan masa depan mereka, dan ia telah berulang kali menawarkan dialog dengan Beijing, namun tawarannya ditolak.