kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.453.000   22.000   0,90%
  • USD/IDR 16.663   -15,00   -0,09%
  • IDX 8.660   40,02   0,46%
  • KOMPAS100 1.192   10,20   0,86%
  • LQ45 848   1,27   0,15%
  • ISSI 313   2,80   0,90%
  • IDX30 434   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 501   -0,35   -0,07%
  • IDX80 134   1,11   0,84%
  • IDXV30 138   1,59   1,16%
  • IDXQ30 138   -0,09   -0,07%

Taiwan Tidak Ingin Berperang dengan China


Senin, 17 Juni 2024 / 12:55 WIB
Taiwan Tidak Ingin Berperang dengan China
ILUSTRASI. Pada Senin (17/6/2024), Menteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo mengatakan, Taiwan tidak ingin berperang dengan Beijing. REUTERS/Dado Ruvic


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Pada Senin (17/6/2024), Menteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo mengatakan, Taiwan tidak ingin berperang dengan Beijing.

Dia menambahkan, kebijakan Taiwan saat ini adalah membangun kemampuan pertahanan defensif dan pencegahan multi-level untuk mempersulit China merebut pulau itu.

Reuters memberitakan, Taiwan telah menghadapi peningkatan tekanan militer dan politik dari Beijing untuk menerima klaim kedaulatan yang ditolak oleh pemerintah di Taipei.

Pada Minggu (16/6/2024), Presiden Taiwan Lai Ching-te mengatakan bahwa China memandang aneksasi dan “penghapusan” Taiwan sebagai tujuan nasional yang Utama. 

Lai mengatakan kepada kadet militer Taiwan untuk tidak menyerah pada teori “pertempuran pertama adalah pertempuran terakhir”. 

Teori tersebut menyatakan bahwa Taiwan bisa runtuh segera setelah Tiongkok melancarkan serangan.

Ketika ditanya oleh wartawan di parlemen berapa lama Taiwan dapat bertahan tanpa dukungan AS jika terjadi serangan China, Koo mengatakan itu bukanlah inti dari strategi mereka.

"Strategi kami, hipotesis kami, adalah perang asimetris untuk membangun pencegahan multi-domain, dan selama proses ini melemahkan kemampuan China untuk melakukan invasi," katanya.

Baca Juga: Amerika Tertinggal 15 Tahun Ketimbang China Soal Tenaga Nuklir

Sebagai bagian dari reformasi militer yang sedang berlangsung, Taiwan mempromosikan gagasan "perang asimetris", untuk membuat pasukannya, yang jauh lebih kecil dibandingkan Tiongkok, lebih mobile dan sulit diserang.

Misalnya saja dengan rudal dan drone yang dipasang di kendaraan.

China mengatakan Lai adalah “separatis berbahaya” yang mengambil risiko konflik dengan mendorong kemerdekaan formal Taiwan. 

Lai mengatakan hanya rakyat Taiwan yang dapat memutuskan masa depan mereka, dan telah berulang kali menawarkan pembicaraan dengan Beijing namun ditolak.

Koo mengatakan Tiongkok-lah yang menjadi pihak “pembuat onar” dan provokator ketegangan di Selat Taiwan.

Baca Juga: Presiden Taiwan: China Memandang Eliminasi Taiwan sebagai Tujuan Nasional

“Kami tidak pernah menginginkan perang. Kami sangat jelas bahwa seluruh strategi kami adalah operasi defensif,” tambahnya.

Presiden AS Joe Biden telah membuat marah pemerintah China dengan komentar-komentar yang tampaknya menunjukkan bahwa AS akan membela Taiwan jika Taiwan diserang. 

Ini sebuah penyimpangan dari posisi “ambiguitas strategis” yang telah lama dipegang AS.

Koo mengatakan inti dari ambiguitas strategis AS adalah untuk mempersulit rencana China dalam melakukan invasi ke Taiwan.

“Mereka tidak akan pernah bisa mengesampingkan kemungkinan intervensi militer AS,” katanya.




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×