Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TOKYO. Meski sudah menggelontorkan paket stimulus, namun analis menilai, Jepang mengecewakan market. Seperti yang diketahui, pemerintah Jepang menyetujui paket stimulus senilai US$ 274 miliar pada Selasa (3/8). Kekecewaan market terlihat dari posisi yen yang perkasa ke posisi tertinggi tiga pekan terakhir.
Paket stimulus ini bertujuan untuk mengerek pertumbuhan ekonomi Jepang yang saat ini tengah melempem. Sayang, investor kurang terkesan dengan gebrakan tersebut.
"Saya berpikir helicopter money belum akan dibahas saat ini. Ini menjadi salah satu alasan mengapa maret kecewa hari ini (kemarin). Sebenarnya, jumlah total paket stimulus tersebut adalah 7,5 triliun yen atau US$ 73 miliar, atau di atas konsensus senilai 7 triliun yen. Namun, hal itu sepertinya tidak terkoordinasi antara fiskal dan moneter," papar Colin Asher, Mizuho's senior economist.
Seiring penguatan yen, terjadi pula aksi jual di pasar obligasi Jepang. Artinya, investor cemas Jepang akan menjauhkan diri dari kebijakan moneter yang seharusnya mendorong aset kelas ini.
Tak ada 'helikopter money'?
Bank of Japan (BOJ) mengumumkan pada pekan lalu atas rencananya untuk mereview kebijakan stimulus moneter pada September. Pada saat itu, investor sudah berharap akan adanya helicopter money.
Sekadar informasi, helicopter money merupakan istilah yang banyak didefinisikan oleh bank dan analis sebagai langkah penyuntikan dana oleh bank sentral secara langsung ke ekonomi riil.
Hanya saja, pernyataan yang dikeluarkan oleh Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda pada Selasa (2/8) kemarin membuat investor bingung mengenai aksi yang akan dilakukan bank sentral September mendatang.
Berbicara di hadapan media, Kuroda bilang, review yang akan dilakukan bank sentral tidak akan memangkas kebijakan stimulus BOJ. Dia juga menekankan bahwa evaluasi menyeluruh atas kebijakan tersebut akan dilakukan untuk mencapai target inflasi 2% dalam waktu secepatnya.
"Apa yang dilakukan BOJ tidak masuk dalam kualifikasi 'bazooka 'oleh market. Alhasil, yen menguat," jelas Nandini Ramakrishnan, global markets strategist JPMorgan kepada CNBC.
Ramakrishnan memprediksi, yen akan tetap berada pada level saat ini seiring penguatannya yang sudah berlangsung dalam beberapa hari terakhir pasca pengumuman BOJ.