kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tanda-tanda Amerika Bakal Jatuh ke Dalam Resesi Ringan di 2022


Kamis, 14 Juli 2022 / 04:00 WIB
Tanda-tanda Amerika Bakal Jatuh ke Dalam Resesi Ringan di 2022


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Lagi-lagi, resesi Amerika menjadi topik hangat beberapa waktu terakhir. Ekonom Bank of America Corp memperkirakan Amerika akan jatuh ke dalam resesi ringan tahun ini.

Bank of Amerika mengatakan, ada sejumlah tanda-tanda yang menunjukkan resesi Amerika. Pertama, pengeluaran jasa melambat. Kedua, inflasi yang memanas memacu konsumen untuk mundur.

"Sejumlah kekuatan secara bertepatan telah memperlambat momentum ekonomi lebih cepat dari yang kami prediksi sebelumnya," jelas analis Bank of America yang dipimpin oleh Michael Gapen dalam sebuah laporan tentang prediksi resesi Amerika yang dirilis Rabu (13/7/2022). 

Kekuatan tersebut termasuk inflasi harga makanan dan energi yang membuat rumah tangga kurang leluasa untuk melakukan pembelian dan kondisi keuangan yang lebih ketat dengan tingkat hipotek yang lebih tinggi sehingga mengurangi keterjangkauan konsumen.

Melansir Bloomberg, para ekonom memperkirakan produk domestik bruto AS kuartal keempat bakal turun 1,4% dari tahun sebelumnya, diikuti oleh kenaikan 1% pada tahun 2023. 

Baca Juga: Manajer Aset Nomor Dua di Dunia Prediksi Peluang Resesi AS Membesar Dalam Dua Tahun

Kondisi tersebut akan mendongkrak tingkat pengangguran sebesar 1 poin persentase menjadi sekitar 4,6%. Sebuah laporan Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis Rabu menunjukkan indeks harga konsumen naik 9,1% dari tahun sebelumnya dalam kenaikan berbasis luas. Ini merupakan kenaikan terbesar sejak akhir 1981.

Perkiraan ekonom Bank of America menempatkan inflasi secara luas sejalan dengan mandat 2% Federal Reserve pada akhir 2024.

Angka-angka inflasi yang panas akan membuat pejabat Fed berada pada jalur kebijakan yang agresif untuk mengendalikan permintaan. Hal ini tentunya akan menambah tekanan kepada Presiden Joe Biden dan anggota Kongres Demokrat yang dukungannya telah merosot menjelang pemilihan paruh waktu.

Pada bulan lalu, para pembuat kebijakan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin. Ini merupakan langkah terbesar sejak 1994. Tak hanya itu, mayoritas pejabat Fed telah mengisyaratkan bahwa akan ada kenaikan suku bunga lanjutan dengan besaran yang sama pada Juli ini.

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Terancam Resesi, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Ekonom Bank of America memperkirakan The Fed akan menaikkan kisaran target suku bunga dana federal menjadi 3,25-3,5% pada akhir tahun, termasuk kenaikan 75 basis poin lainnya dari pertemuan bulan ini.

Sebelumnya, mengutip Reuters, pada akhir Juni 2022 lalu, Ekonom Bank of America Securities melihat ada peluang sebesar 40% bahwa resesi AS akan terjadi pada tahun depan, dengan inflasi tetap tinggi.

Mereka memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto AS melambat menjadi hampir nol pada paruh kedua tahun depan karena dampak tertinggal dari kondisi keuangan yang lebih ketat. Selain itu, BoA melihat rebound yang moderat dalam pertumbuhan pada tahun 2024.

"Ketakutan terburuk kami di sekitar Fed telah dikonfirmasi: mereka jatuh jauh di belakang kurva dan sekarang memainkan permainan kejar-mengejar yang berbahaya," tulis Ethan Harris, ekonom global di BoA.

Dia memprediksi, The Fed bakal menaikkan suku bunga ke level di atas 4%.




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×