kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.305.000   6.000   0,26%
  • USD/IDR 16.611   26,00   0,16%
  • IDX 8.227   -30,66   -0,37%
  • KOMPAS100 1.122   -5,50   -0,49%
  • LQ45 788   -5,60   -0,71%
  • ISSI 295   -0,19   -0,06%
  • IDX30 412   -3,20   -0,77%
  • IDXHIDIV20 463   -4,41   -0,94%
  • IDX80 124   -0,46   -0,37%
  • IDXV30 132   -1,19   -0,89%
  • IDXQ30 129   -0,73   -0,56%

Tarif 100% Trump ke China Picu Kepanikan Ritel AS Jelang Musim Belanja Akhir Tahun


Senin, 13 Oktober 2025 / 21:11 WIB
Tarif 100% Trump ke China Picu Kepanikan Ritel AS Jelang Musim Belanja Akhir Tahun
ILUSTRASI. Donald Trump kembali memicu gejolak perdagangan global setelah mengancam akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 100% terhadap impor dari China. REUTERS/Jason Lee/Illustration


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memicu gejolak perdagangan global setelah mengancam akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 100% terhadap impor dari China mulai 1 November 2025.

Langkah tersebut memicu kekhawatiran di kalangan pelaku ritel dan pakar perdagangan, yang menilai kebijakan ini berpotensi menaikkan harga barang dan menekan daya beli konsumen, terutama menjelang musim belanja akhir tahun—periode yang menjadi puncak penjualan tahunan bagi sektor ritel AS.

Dampak pada Rantai Pasok dan Strategi Impor

Menurut Blake Harden, Managing Director di Washington Council EY, ancaman tarif baru ini bisa memicu “pull-forward of shipments”, yaitu percepatan pengiriman barang dari China ke AS sebelum aturan diberlakukan.

Baca Juga: Ketegangan Mereda, Trump-Xi Jinping Tetap Dijadwalkan Bertemu di Korea Selatan

Namun, Harden memperingatkan bahwa percepatan pengiriman tersebut tidak menjamin bebas tarif, karena barang yang tiba setelah tenggat waktu tetap berpotensi terkena bea masuk tinggi.

Akibatnya, sebagian perusahaan dapat menunda pesanan atau menahan pengiriman di China, yang pada gilirannya mengganggu rantai pasok global. “Langkah ini akan memiliki efek berantai di seluruh rantai pasokan,” ujar Harden.

Harga Barang Naik dan Ketidakpastian Ekonomi

Perselisihan dagang antara AS dan mitra utamanya sepanjang tahun ini telah menciptakan awan ketidakpastian ekonomi. Harga berbagai barang konsumsi—mulai dari pakaian hingga televisi—naik dalam beberapa bulan terakhir seiring biaya komoditas dan logistik yang meningkat serta tarif impor yang berubah-ubah.

Analis CFRA Research, Arun Sundaram, menilai situasi ini akan menambah tekanan bagi pelaku ritel. “Ritel memang mampu beradaptasi terhadap tarif, tetapi yang sulit dikelola adalah volatilitas tingkat tarif,” katanya.

Baca Juga: Menkeu AS: Trump Siap Bertemu Xi Jinping di Korea Selatan

Meski begitu, Sundaram menilai dampak langsung terhadap musim belanja akhir tahun kemungkinan tidak besar karena sebagian besar stok sudah berada di AS. Namun, jika eskalasi tarif berlanjut, kenaikan harga di tahun depan sulit dihindari.

Saham Ritel Turun Usai Pernyataan Trump

Saham-saham ritel utama seperti Abercrombie, Best Buy, dan Nike melemah pada perdagangan Jumat setelah pernyataan Trump. Namun, dua hari kemudian, Trump berusaha menenangkan pasar melalui akun Truth Social miliknya dengan menulis,

“Jangan khawatir tentang China, semuanya akan baik-baik saja! Presiden Xi yang sangat dihormati hanya mengalami momen buruk.”

Menurut Ram Reddy, Chief Technology Officer di perusahaan konsultan global Nagarro, banyak perusahaan sebenarnya sudah memprediksi potensi kebijakan ini, tetapi waktu pengumumannya yang mepet dengan musim liburan menjadi kejutan tersendiri.

“Saya rasa musim liburan tahun ini akan menjadi uji nyata atas strategi diversifikasi pasokan yang telah dicoba banyak perusahaan dalam enam bulan terakhir,” ujar Reddy.

Selanjutnya: Strategi Investasi Hadapi Gejolak Pasar Menjelang Akhir tahun

Menarik Dibaca: 5 Manfaat Olahraga 30 Menit Setiap Hari untuk Kesehatan Tubuh dan Mental




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×