kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.937.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.444   90,00   0,55%
  • IDX 6.969   -139,15   -1,96%
  • KOMPAS100 1.011   -24,78   -2,39%
  • LQ45 775   -17,94   -2,26%
  • ISSI 227   -4,16   -1,80%
  • IDX30 402   -10,37   -2,52%
  • IDXHIDIV20 472   -11,39   -2,36%
  • IDX80 114   -2,57   -2,21%
  • IDXV30 116   -2,17   -1,83%
  • IDXQ30 130   -2,94   -2,22%

Teknologi Baterai Huawei Bikin Takjub! Mampu Tempuh 3.000 Km, Ngecas Cuma 5 Menit


Kamis, 19 Juni 2025 / 13:13 WIB
Teknologi Baterai Huawei Bikin Takjub! Mampu Tempuh 3.000 Km, Ngecas Cuma 5 Menit
ILUSTRASI. Raksasa teknologi Huawei kembali mengejutkan industri dengan langkah agresif di sektor penyimpanan energi canggih.. REUTERS/Aly Song


Sumber: Car News China | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Raksasa teknologi Huawei kembali mengejutkan industri dengan langkah agresif di sektor penyimpanan energi canggih. Perusahaan ini mengajukan paten untuk baterai solid-state berbasis sulfida yang diklaim mampu memberikan jarak tempuh hingga 3.000 kilometer dan waktu pengisian super cepat hanya dalam lima menit.

Paten terbaru ini menunjukkan komitmen Huawei dalam mengukuhkan posisinya di tengah persaingan global yang semakin ketat di bidang teknologi baterai masa depan — terutama baterai solid-state yang dinilai sebagai solusi untuk mengatasi keterbatasan baterai lithium-ion konvensional.

Spesifikasi Tinggi: Densitas Energi hingga 500 Wh/kg

Dalam dokumen patennya, Huawei mengusulkan desain baterai dengan densitas energi antara 400 hingga 500 Wh/kg, atau dua hingga tiga kali lipat dibandingkan baterai lithium-ion saat ini. Teknologi ini berpotensi membawa revolusi dalam sektor kendaraan listrik (EV), dengan peningkatan drastis pada jarak tempuh dan efisiensi pengisian.

Baca Juga: Pasar Mobil Listrik (EV) Global Melaju Kencang, BYD Jadi Mesin Pertumbuhan Baru

Tak hanya itu, Huawei mengembangkan pendekatan baru dalam meningkatkan stabilitas elektrokimia: doping elektrolit sulfida dengan nitrogen. Langkah ini bertujuan untuk mengatasi reaksi samping pada antarmuka lithium — masalah teknis utama yang selama ini menghambat komersialisasi baterai sulfida.

Bukan Sekadar Paten: Tiongkok Ingin Menguasai Rantai Pasok Baterai

Meski Huawei bukan produsen baterai daya, perusahaan ini aktif memperluas perannya dalam material baterai hulu, termasuk dengan mengajukan paten untuk proses sintesis elektrolit sulfida — bahan yang sangat konduktif namun mahal, bahkan bisa melebihi harga emas per gramnya.

Langkah Huawei mencerminkan strategi luas perusahaan teknologi dan otomotif Tiongkok yang ingin mengurangi ketergantungan pada pemasok baterai besar seperti CATL dan BYD. Perusahaan seperti Xiaomi dan Nio juga tengah menjajaki integrasi vertikal untuk mengambil alih kendali atas komponen paling mahal dalam produksi EV: baterai, yang bisa menyumbang lebih dari 50% dari total biaya produksi kendaraan listrik.

Baca Juga: Penjualan Mobil Listrik Global Tumbuh 24% pada Mei, China Lampaui 1 Juta Unit

Realisasi Masih Bergantung Infrastruktur

Meski klaim Huawei tentang jarak tempuh 3.000 km dan pengisian lima menit menarik perhatian luas, para pakar menekankan bahwa performa tersebut masih bersifat teoritis. Realisasinya membutuhkan infrastruktur pengisian daya ultra-cepat yang belum tersedia secara komersial.

Namun, fakta bahwa Huawei terlibat langsung dalam riset solid-state telah memicu kekhawatiran dari negara pesaing seperti Jepang dan Korea Selatan, yang selama ini memimpin di bidang inovasi baterai. Media di kedua negara tersebut menyoroti semakin cepatnya laju Tiongkok dalam menguasai teknologi generasi berikutnya.

Tiongkok Kejar Ketertinggalan

Selama lebih dari satu dekade, perusahaan seperti Toyota, Panasonic, dan Samsung telah menggelontorkan dana besar untuk R&D baterai solid-state. Toyota, misalnya, pada tahun 2023 memamerkan prototipe dengan jarak tempuh 1.200 km dan waktu pengisian 10 menit — menargetkan komersialisasi dalam lima tahun ke depan.

Namun kini Tiongkok menyusul dengan cepat. Data publik menunjukkan bahwa entitas Tiongkok mengajukan lebih dari 7.600 paten solid-state battery setiap tahun, setara dengan 36,7% aktivitas global di sektor ini.

Baca Juga: Tesla Tak Berminat Produksi Mobil Listrik di India, Hanya Fokus pada Showroom

Menuju Produksi Industri: Tantangan dan Peluang

Sejumlah produsen baterai Tiongkok kini bersiap melakukan industrialisasi. CATL menargetkan produksi percontohan baterai hybrid solid-state pada tahun 2027. Sementara itu, perusahaan seperti Going High-Tech dan Beijing WeLion telah meluncurkan produk skala kecil, seperti sel baterai 50 Ah yang telah mendapatkan sertifikasi nasional.

Namun, tantangan teknis tetap ada. Elektrolit padat umumnya memiliki konduktivitas ionik lebih rendah dan hambatan antarmuka yang tinggi, yang mengurangi efisiensi. Biaya produksi juga masih mahal, mencapai 8.000–10.000 yuan per kWh (setara Rp17–22 juta/kWh), sehingga belum layak untuk pasar massal.

Selanjutnya: Total AUM Wealth Management BRI Meningkat 11,27% per Mei 2025

Menarik Dibaca: Resep Ayam Bumbu Hitam Khas Madura yang Empuk dan Gurih Meresep, Bumbunya Nendang




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×