Reporter: Mona Tobing | Editor: Dupla Kartini
SEOUL. Korea Selatan kini tengah mengalami krisis politik yang kian pelik. Kepercayaan politik kepada Presiden Park Geun Hye menurun.
Terlebih setelah Kejaksaan Korea Selatan menahan Ahn Jong Beom, mantan ajudan Presiden Park. Ahn diduga terlibat skandal penyalahgunaan wewenang Kejaksaan Korea Selatan, seperti diberitakan Reuters, Kamis (3/11), menyatakan telah menahan Ahn bersama Choi Soon Sil, orang kepercayaan sekaligus mantan penasihat Presiden Park. Keduanya dituding menyalahgunakan wewenang lantaran dekat dengan sang presiden.
Baik Ahn maupun Choi, diduga menggunakan koneksi mereka dengan Presiden Korea Selatan untuk membujuk sejumlah perusahaan agar mendonasikan dana kepada yayasan dimana mereka terlibat di dalamnya.
Ahn yang juga seorang penasihat senior kebijakan Presiden Korea mengundurkan diri pada akhir bulan lalu. Ahn kemudian ditahan oleh pihak berwenang, Rabu (2/11).
Kepada sejumlah wartawan, Ahn mengatakan akan bertanggung jawab atas perbuatannya. Namun Ahn menolak untuk menjelaskan lebih lanjut duduk perkara yang dialamatkan kepada dirinya.
Kejaksaan Korea Selatan saat ini telah menyematkan status tahanan darurat kepada Ahn. Pejabat Kejaksaan Korea Selatan mengatakan kepada Reuters, penegak hukum khawatir bahwa Ahn bisa menghancurkan barang bukti. Kejaksaan, memiliki waktu 48 jam untuk mencari surat perintah penangkapan resmi dari pihak pengadilan.
Adapun Choi diduga pihak berwajib telah melakukan penyalahgunaan kekuasaan dan penipuan. Sama seperti Ahn, teman dekat Presiden Park tersebut telah berstatus tahanan darurat sementara.
Penahanan mantan ajudan presiden tersebut berujung pada desakan dari anggota partai oposisi Korea Selatan yang meminta otoritas terkait melakukan pemeriksaan terhadap Presiden Park. Tidak dipungkiri, skandal yang membelit Presiden Park bersama dua kroninya tersebut telah membuat stabilitas politik Negeri Gingseng tersebut terganggu.
Asal tahu saja, pada pekan ini Park telah mengganti perdana menteri dan menteri keuangannya. Perombakan tersebut sontak mendapat kecaman dari lawan-lawan politik Park, yang disebut sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian.
Meski lawan politiknya makin galak dan permintaan mundur makin santer terdengar dari warga Korea Selatan, namun partai oposisi belum mengangkat isu melakukan impeachment. Sejarah Korea Selatan mencatat, meskipun banyak skandal terjadi selama bertahun-tahun, belum sekalipun ada presiden di negara itu yang pernah mengundurkan diri atau berhasil di-impeachment.
Bantah dakwaan
Skenario pun kini banyak bermunculan. Andaikata Park mengundurkan diri, maka proses pemilihan umum akan digelar pada 60 hari berselang. Hal ini kelak akan menentukan masa kepemimpinan di Korea Selatan untuk lima tahun ke depan.
Risiko yang dihadapi Korea Selatan pun akan semakin tinggi. Sampai saat ini, tidak satu pun dari partai-partai utama mengaku telah mempersiapkan pengganti Park.
Sekedar mengingatkan, pada akhir pekan lalu, Park menerima pengunduran diri delapan pembantunya. Kantor Kepresiden mengumumkan nominasi untuk kepala staf baru dan sekretaris senior untuk urusan politik.
Krisis politik di Korea Selatan meletup seiring skandal nepotisme Choi dengan Presiden Park. Meski bukan pejabat formal, Choi dituding acap mencampuri urusan kenegaraan. Namun hingga kini, Choi membantah tudingan yang dialamatkan kepada dirinya.
Kepada Surat kabar Segye Ilbo Korea Selatan, Choi menegaskan, ia tak memiliki akses pemerintahan dan menolak jika disebut telah memperkaya diri sendiri.