kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.086.000   26.000   1,26%
  • USD/IDR 16.522   146,00   0,89%
  • IDX 7.751   -16,20   -0,21%
  • KOMPAS100 1.084   -3,91   -0,36%
  • LQ45 780   -3,28   -0,42%
  • ISSI 267   -0,27   -0,10%
  • IDX30 405   -1,49   -0,37%
  • IDXHIDIV20 472   -1,23   -0,26%
  • IDX80 119   -0,39   -0,33%
  • IDXV30 129   -0,40   -0,31%
  • IDXQ30 131   -0,22   -0,17%

Terdampak Sanksi Ekonomi Barat, Rusia Terancam Hadapi Default


Senin, 28 Maret 2022 / 15:06 WIB
Terdampak Sanksi Ekonomi Barat, Rusia Terancam Hadapi Default
ILUSTRASI. Seorang pria menggunakan smartphone-nya di dekat papan yang menunjukkan nilai tukar mata uang dolar AS terhadap rubel Rusia di Saint Petersburg, Rusia 28 Februari 2022. Terdampak Sanksi Ekonomi Barat, Rusia Terancam Hadapi Default.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli

Bagi Newman, tidak biasa bagi sebuah negara di bawah sanksi ekonomi yang meningkat dan terus-menerus untuk tetap membayar – sanksi ini memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan.

Newman tidak sendirian, meyakini bahwa Rusia akan hadapi gagal bayar miliaran dollar pada April 2022.  “Saya memperkirakan adanya default untuk utang Rusia karena ini bukan hanya masalah ekonomi, tapi juga politik," kata Konsultan risiko politik Eurasia Group, Robert Kahn.

Sementara Rusia berutang kepada bank-bank AS hampir US$15 miliar. Para ekonom justru tidak memperkirakan default utang yang signifikan sehingga membebani pasar global dalam jangka panjang.

Baca Juga: Kekahwatiran Inflasi buat Pasar Obligasi Indonesia Lesu

Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), adanya isolasi Rusia dari seluruh dunia dinilai tidak relevan  secara sistemik. Namun, konflik dan dampak lanjutan telah merugikan ekonomi global.

Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan memperkirakan konflik akan menurunkan pertumbuhan global dengan persentase poin dan meningkatkan inflasi lebih dari dua poin persentase.

Pakar ekonomi lainnya mengatakan perang telah meningkatkan kemungkinan resesi AS dari 10% menjadi 35% selama tahun depan.




TERBARU

[X]
×